Survei Membuktikan di Mata Pemilih, Tokoh Politik Agamawan Juga Koruptor

Survei Membuktikan di Mata Pemilih, Tokoh Politik Agamawan Juga Koruptor
0 Komentar

Karena itu, lanjut Saiful, ini adalah peringatan atau warning. Namun, walaupun sekitar 70 persen menganggap partai-partai politik tidak bersih, tapi tingkat partisipasi publik dalam pemilihan umum juga sekitar 70 persen.

“Ini mungkin menunjukkan sikap ketidakpedulian warga: mereka tetap memilih walaupun yang dipilih tidak bersih. Faktor warga memilih mungkin juga bukan semata bersih dan tidak bersih, tapi hal lain,” bebernya.

Saiful menambahkan, data ini menunjukkan kontradiksi. Satu sisi partai-partai dinilai dekat dengan rakyat, tapi tidak bersih. Artinya kedekatan dengan rakyat itu bermuatan tidak bersih.

Baca Juga:Kepintaran dan Taat Agama Tidak Penting untuk Pemilih, Saiful Mujani: Terpenting Dekat dengan RakyatDPRD Paripurna Penyempurnaan dan Penyesuaian Hasil Evaluasi Gubernur

“Itulah kualitas dari elite kita di mata pemilih. Itu menjadi tantangan yang sangat penting. Jangan sampai hal tersebut menghancurkan keberadaan partai-partai politik. Dan kita punya pengalaman bagaimana kasus korupsi bisa menghancurkan partai politik,” tandasnya.

Saiful menyebut, partai-partai lain juga mengalami kasus korupsi. Ketua-ketua partai seperti Golkar, PPP, dan PKS juga ada yang masuk penjara karena kasus ini. Tapi kasusnya tidak seheboh Demokrat.

Dalam hal ketaatan pada agama, umumnya warga mempersepsi tokoh-tokoh partai politik taat. Ada 62 persen warga menganggap tokoh-tokoh PKB taat pada agama, PPP 60 persen, PKS 59 persen, Demokrat 58 persen, Gerindra 55 persen, PAN 55 persen, Nasdem 53 persen, Golkar 53 persen, dan PDIP 51 persen.

“Elit dari semua partai dianggap taat pada agama,” jelas Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta tersebut.

Yang menarik, kata Saiful, publik mempersepsi para elit partai taat beragama, tapi pada saat yang sama korup. “(Para elite politik) taat beragama, tapi korup. Ini pesan yang sangat penting,” kata Saiful.

Dalam kriteria kepintaran atau wawasan, umumnya elite partai juga mendapatkan penilaian positif. Ada 70 persen publik yang menganggap para elite Gerindra pintar atau berwawasan luas, PDIP, Golkar, dan Demokrat masing-masing 69 persen, PKB 68 persen, Nasdem 65 persen, PKS 65 persen, serta PAN dan PPP masing-masing 64 persen.

Saiful menjelaskan, walaupun umumnya publik memberi penilaian positif pada aspek agama dan kepintaran, namun dua hal ini bukan kriteria yang paling penting di mata masyarakat. Yang paling utama di mata pemilih adalah peduli dan bersih. (Muhsin/fajar)

Laman:

1 2
0 Komentar