CIANJUR,SUKABUMIEKSPRES – Berkurangnya suplai gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) ke penggilingan kemungkinan menjadi salah satu faktor penyebab berkurangnya pasokan beras di pasaran. Kondisi itu mengakibatkan harga mengalami kecenderungan naik.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP) Kabupaten Cianjur, Dandan Hendayana, menyebutkan berdasarkan data standing crop tanaman padi per 31 Januari 2023, luas tanam padi di Kabupaten Cianjur sebesar 64.116 hektare. Sedangkan luas baku lahan sawah sebesar 66.934 hektare.
“Artinya, hampir 95,78 persen lahan sawah di Kabupaten Cianjur masih terisi tanaman padi dan masih menunggu jadwal panen,” terang Dandan, belum lama ini.
Baca Juga:Tanggulangi Bencana, BPBD Gaet MahasiswaWali Kota Monitoring Hasil Pembangunan P2RW
Dari luas tanam yang ada, kata Dandan, sebesar 48.988 hektare atau 76,4 persen merupakan tanaman padi yang masih berusia vegetatif dan generatif. Sedangkan sisanya seluas 15.128 hektare atau 23,6 persen, di antaranya tanaman padi menjelang usia panen pada Februari.
“Perkiraan kami, tanaman padi yang akan dipanen pada Februari tahun ini seluas 9.978 hektare atau sekitar 66 persen,” ucapnya.
Sementara sisanya sebesar 34% diprediksi masuk masa panen pada bulan berikutnya atau mengalami carry over. Kondisi tersebut berdampak terhadap suplai GKP dan GKG yang akan dipasok ke penggilingan.
“Mungkin kondisi ini yang jadi salah satu penyebab kenaikan harga beras. Ini akibat kekurangan pasokan gabah,” jelasnya.
Dandan tak memungkiri jadwal panen kerap mengalami fluktuasi. Bahkan ada kecenderungan mundur ke bulan berikutnya.
“Kadang memang di luar prediksi kalau jadwal panen. Makanya ada yang disebut carry over yakni panen pada bulan berikutnya dari jadwal yang seharusnya,” pungkasnya. (ist)