“Jangan takut untuk bersuara, jangan takut untuk berpendapat, selama segala sesuatunya tetap berakar pada kehendak hati rakyat,” terangnya.
Belakangan, isu kecurangan mulai bergulir. Sejumlah kasus muncul seperti kasus partoli aparat ke kantor partai hingga isu dugaan aparat memasang baliho Prabowo-Gibran.
Sementara Sektretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Koalisi Indonesia Majus (KIM) Nusron Wahid merespons berbagai tudingan yang menyasar Prabowo-Gibran. Dia menepis jika KIM akan melakukan kecurangan pemilu berupa pengerahan aparat hingga dugaan nepotisme.
Baca Juga:Cak Imin Tanggapi Hasil Berbagai Survei Elektabilitas AMIN TerendahKaesang Dikabarkan Bakal Maju Pilgub DKI
Dia menuturkan, bahwa partai-partai dalam KIM selama ini tidak memiliki niat melakukan kecurangan. Niat pun tidak punya, apalagi melakukan kecurangan.
“Yang terbiasa melakukan abuse of power itu siapa. Saya tidak mau sebut,” paparnya dalam konferensi pers di kantor Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran kemarin.
Justru sebaliknya, Nusron mengaku mendengar terjadi pengerahan aparatur sipil negara (ASN) di Jawa Tengah (Jateng) oleh Plt bupati.
Tujuannya untuk mendukung dan memenangkan salah satu pasangan calon presiden dan wapres yang diusung koalisi sebelah.
“Ini saya dengar dan sudah ada beritanya,” paparnya.
Menurutnya, pihaknya menghormati Megawati sebagai Presiden ke-5 RI. Namun begitu dalam pemilu, dia meminta Mega bicara fakta. Jangan membuat kabar burung atau hanya berdasar informasi-informasi.
“Buktikan kalau memang ada penyelewengan dan kecurangan,” terangnya.
Terkait tudingan nepotisme dalam pemilihan Gibran sebagai cawapres, dia mengatakan bahwa Gibran tidak bisa terpilih hanya dengan satu suara Presiden Jokowi. Tapi, baru bisa terpilih bila rakyat memilihnya.
“Ini elected, bukan nepotisme. Nepotisme itu kalau Presiden mengangkat anaknya sebagai menteri,” jelasnya. (far/idr/jpg/zuk)