SUKABUMI EKSPRES—Pegiat media sosial (medsos) Nikmatul Sugiyarto mengulas momen menarik saat para calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) 2024 saling tukar hadiah pada acara ulang tahun ke-13 Mata Najwa, Minggu (19/11/2023) kemarin.
Menurutnya, kado yang didapat cawapres Gibran Rakabuming Raka dari Mahfud MD dan Cak Imin bisa menjadi pelajaran bagi generasi muda.
“Kado yang mereka bawa penuh makna dan cerita menarik yang membuat kita antusias. tapi juga membuat geli karena ada nasehat besar, yang menjadi pelajaran bagi setiap kawula muda di negeri ini,” kata Nikmatul, melalui akun Facebooknya, Senin (20/11/2023)
Baca Juga:Serah Terima Jabatan Danyon Armed 13, Kuatkan Sinergi dan KondusifitasDiskominfo Gelar Rakor Penyusunan Buku Profil Kabupaten Sukabumi
Ia mengatakan, Gibran menjadi aktor utama dalam momen tersebut. Bukan dalam hal yang baik, namun dapat mengingatkan kepada generasi muda agar mendahulukan proses, dan tidak menyalahgunakan hukum untuk mencapai keberhasilan instan.
Hal itu disampaikan lewat kado Mahfud MD dan Cak Imin kepada Gibran. Malam itu, Mahfud memberikan buku biografinya, yang menceritakan perjalanan kariernya hingga akhirnya menjadi ketua Mahkamah Konstitusi (MK). Buku tersebut berjudul ‘Terus Mengalir’.
Sontak hal itu mencuri perhatian publik. Ini bukan lagi tanpa perantara, karena pesan disampaikan langsung kepada Gibran.
Sudah menjadi rahasia umum putra sulung Presiden Jokowi bisa mendampingi Prabowo, dengan cara menunggangi putusan hasil pelanggaran etik oleh Ketua MK Anwar Usman, yang tak lain adalah paman dari Gibran.
Berbeda dengan Mahfud yang harus menapaki perjalanan yang panjang hingga puluhan tahun. Begitu juga dengan Ganjar yang melalui proses, mulai dari menjadi angota DPR-RI dan gubernur, hingga akhirnya bisa menjadi capres.
“Dia (Mahfud) melewati terjalnya bukit eksekutif, curamnya jurang legislatif sampai tipisnya jalur yang menunjukkan keadilan di meja hijaunya yudikatif. Sedangkan Gibran cukup sekali jentik jari tanpa pengalaman yang matang, bisa sampai di posisi ini,” kritiknya.
Ia mengatakan, perjalanan Gibran yang instan telah menghancurkan mimpi setiap kawula muda. Sebab, ada banyak anak muda yang mempunyai lebih banyak prestasi di bidang pemerintahan dan pengalaman di dunia politik namun harus tersisih karena cara yang tidak fair.