Pedagang PSM Palabuhanratu Kaget Tunggakan Naik 10 kali Lipat

Ist
Situasi Pasar PSM Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
0 Komentar

PALABUHARATU – Sebagian besar pedagang Pasar Semi Modern (PSM) Palabuharatu mangaku kaget ketika mengetahui tunggakan kredit toko naik sekitar 10 kali lipat.

Dari informasi yang dihimpun, naiknya total tunggakan itu terjadi setelah kepemilikan kreditur PSM Palabuharatu beralih dari My Bank ke PT. Oke Asset Indonesia. Para pedagang mengetahui hutang mereka melonjak setelah menerima surat peringatan yang dilayangkan PT. Oke Asset Indonesia.

Salah satu pedagang PSM Palabuharatu, Oman mengatakan, awalnya memiliki tunggakan pokok sebesar Rp 47 juta kepada My Bank. Akan tetapi, totalnya kini menjadi Rp 457 juta setelah diambil alih PT. Oke Asset Indonesia.

Baca Juga:Ratusan Crosser unjuk Kemampuan di Open Grasstrack Ngabumi SukabumiDishub Kota Sukabumi Rutin Cek dan Perbaiki PJU Rusak

“Warga pasar sekarang resah karena tunggakan naik hampir 10 kali lipat dari hutang pokok, sedangkan PT. Oke Aset tidak ada perjanjian kerjasama dengan kami. Kami tidak mengambil kredit dari PT. Oke Aset, itu hanya pelimpahan hutang dari My Bank ke Oke Aset,” beber Oman pada Sabtu (31/08/2024).

Menurutnya, penetapan tunggakan baru dilakukan sebelah pihak oleh PT. Oke Asset Indonesia. Mereka (PT. Oke Asset Indonesia red) tidak pernah mensosialisasikan persoalan tersebut dengan pemilik toko, perwapas dan bahkan UPTD Pasar Palabuharatu.

Seharusnya, lanjut Oman, PT. Oke Asset sebagai penerima pelimpahan hutang dari My Bank mendatangi pasar Palabuharatu. Berkomunikasi dan memperkenalkan diri sebagai pemilik kreditur kepada warga pasar, perwapas, dan UPTD. Setelah itu, baru kemudian membicarakan persoalan tunggakan kredit.

“Kulo nuwun dulu kesini, pengennya seperti apa. Warga pasar bukan tidak mau bayar hutang, tapi teknis pembayarannya seperti apa, jangan sampai kami bayar hutang itu masuk ke bunga dan denda, sementara tunggakan pokoknya tidak berkurang,” jelasnya.

Ia membeberkan, banyak kejadian pemilik toko membayar kredit namun jumlah tunggakan pokok tidak berkurang. Kejadian tersebut menjadi salah satu faktor pedagang enggan men-transfer pembayaran hutang kepada kreditur. Disamping kondisi pasar memang sepi pembeli pasca covid dan kesulitan bersaing dengan toko online.

“Kita jadi bingung bayar harus ke mana, karena di sini tidak ada kantornya sekarang. Memang ada disarankan setor ke virtual rekening, tapi tidak semua warga pasar paham soal itu. Pengen nya kita sistem pembayaran jemput bola seperti tahun ke 1 dan 2, ada yang ngambilin ke toko-toko dengan sistem nabung, nanti dikalkulasikan selama satu bulan untuk pembayaran,” paparnya.

0 Komentar