Kasus Stunting di Kecamatan Cibeureum Tertinggi Kedua

Ist
BANTUAN: Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Sukabumi memberikan bantuan 100 paket sembako kepada keluarga rawan stunting di Kecamatan Cibeureum.
0 Komentar

SUKABUMI,SUKABUMI.JABAREKSPRES.COM – Keluarga rawan stunting (KRS) di Kecamatan Cibeureum mendapat atensi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Sukabumi. Salah satu bentuknya dengan memberikan bantuan sembako sebanyak 100 paket. Kegiatan itu merupakan rangkaian peringatan Hari Bakti IDI ke-116.

Plh Asisten Daerah Bidang Administrasi Setda Kota Sukabumi, Olga Pragosta, mengatakan Pemerintah Kota Sukabumi mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh IDI karena sangat membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah stunting. Ia pun mengharapkan kolaborasi seperti ini dapat dipertahankan serta terus ditingkatkan ke depannya.

“Pemerintah Kota Sukabumi sangat mengapresiasi kegiatan IDI karena memang kegiatan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama untuk menyelesaikan permasalahan stunting. Terus terang, pemerintah kan memiliki keterbatasan. Jadi, kegiatan ini sangat membantu sekali,” kata Olga.

Baca Juga:Cegah Potensi Kekerasan Pelajar di Kota sukabumi, Gerakan Jabar Beraksi Ciptakan Lingkungan Sekolah yang AmanForum Urang Sukabumi Tanam Ribuan Pohon Produktif di Buni Ayu Cave

Ketua IDI Kota Sukabumi, dr Kote Noordhianta, menyebutkan dipilihnya Kecamatan Cibeureum sebagai lokasi kegiatan didasari pertimbangan data Dinas Kesehatan yang menyebutkan wilayah itu jadi fokus penanganan stunting.

“Kami mendapatkan data dari Dinas Kesehatan, Kecamatan Cibeureum merupakan yang kedua tertinggi angka stuntingnya. Karena itu kami putuskan untuk mengadakan bakti sosial,” terangnya.

IDI juga melakukan pengukuran ulang terhadap 100 orang anak dari Kecamatan Cibeureum yang diduga menderita stunting dengan melibatkan dokter spesialis anak. Tujuan pengukuran ulang adalah untuk mendapatkan angka pasti jumlah anak berisiko stunting agar IDI bisa melakukan intervensi melalui program mereka.

“Angka stunting di Kota Sukabumi itu tinggi. Tapi apakah penilaiannya betul sesuai standar atau tidak, nanti akan layani lebih detil serta dirujuk khusus ke dokter anak. Ini dilakukan agar kita dapat mengetahui anak yang betul-betul stunting. Kita ingin membuat program lebih lanjut seperti orang tua asuh. Kita coba intervensi,” tegasnya. (ist)

0 Komentar