Jembatan Hanyut di Simpenan Sukabumi, Pelajar Nekat Seberangi Arus Sungai

Ist
SEBERANGI SUNGAI: Dua orang pelajar menyeberangi aliran sungai akibat jembatan penghubung dua kampung di dua desa di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi hanyut terbawa banjir bandang.
0 Komentar

SIMPENAN,SUKABUMI.JABAREKSPRES.COM – Masyarakat dan kalangan pelajar di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi harus menyeberangi arus deras sungai. Pasalnya, jembatan penghubung Kampung Cikadaka Desa Cidadap dengan Kampung Naringgul di Desa Loji Kecamatan Simpenan hanyut terbawa arus deras sungai saat terjadi bencana hidrometeorologi basah pada 4 Desember 2024.

Jembatan yang diresmikan Relawan Sehati Gerak Bersama pada 16 September 2024 itu pun, kini tinggal kenangan.Selama dua bulan lebih, warga dan anak-anak sekolah sempat menikmati akses aman untuk menyeberangi sungai. Namun, banjir bandang mengembalikan mereka ke masa sulit.

“Sekarang anak-anak sekolah terpaksa menyeberangi sungai lagi. Mereka harus basah-basahan dan berenang lagi. Hanya berjalan dua bulan lebih warga dan anak-anak sekolah bisa menyeberang dengan nyaman. Banjir bandang yang terjadi pada awal Desember tahun lalu merusak jembatan,” ujar Bete, warga Kampung Naringgul Desa Loji, kemarin (7/1).

Baca Juga:Rawan Pohon Tumbang, Dinas PUTR kota Sukabumi Pangkasi Lebih Intensif saat Cuaca EkstremKasus Dugaan Pengeroyokan di Caringin Sukabumi Ternyata Bohong

Menurut Bete, pascabencana dan penetapan status darurat oleh Pemkab Sukabumi, aktivitas belajar mengajar di sekolah sempat dihentikan. Namun, setelah masa libur sekolah berakhir, para pelajar kembali harus menyeberangi sungai mulai, Senin (6/1). “Karena arus sungai agak surut, anak-anak diantar orangtuanya menyeberangi aliran sungai,” terangnya

Budi, warga lain, menjelaskan derasnya arus sungai ini pernah merenggut korban jiwa. Dia mengenang tragedi yang terjadi pada tahun 2006 silam, ketika seorang ustaz bernama Solihin hanyut terbawa arus saat mencoba menyeberangi sungai yang tampak surut.

“Beliau saudara saya. Namanya ustaz Solihin. Waktu itu almarhum dari Pasir Pogor hendak ke Babakan Pendeuy. Tiba-tiba arus sungai membesar. Beliau terseret hingga jasadnya ditemukan di pesisir laut. Beliau adalah pengelola pondok pesantren,” ujar Budi.Budi menuturkan, bukan hanya pelajar, ratusan warga setiap hari juga harus menyeberangi sungai untuk menjalani aktivitas seperti ke kebun, sawah, atau pasar. Sungai ini menghubungkan dua kampung di Desa Loji dan Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan.

“Setiap pagi sekitar pukul 06.00 WIB, anak-anak sudah menyeberang untuk berangkat sekolah. Biasanya, jika orangtua belum ke kebun, mereka akan membantu menyeberangkan anak-anak. Pulangnya pun sama, harus menyeberangi sungai lagi,” jelasnya.

0 Komentar