Di beberapa daerah, menjadi PNS bukan sekadar profesi, tetapi juga simbol status sosial. PNS sering dianggap sebagai “bangsawan modern.” Bahkan, dalam banyak kasus, mereka mendapatkan lebih banyak penghormatan dibandingkan pengusaha kecil yang mungkin lebih mapan secara finansial.
Mengapa hal ini terjadi? Salah satu penyebabnya adalah pandangan masyarakat kita yang masih menganggap pekerjaan di pemerintahan sebagai sesuatu yang formal dan berkelas.
Pemikiran ini merupakan warisan dari era kolonial, di mana pegawai pemerintah adalah kelompok yang paling dihormati. Anehnya, meskipun dunia sudah berubah, pandangan ini tetap melekat.
Baca Juga:Film 1 Kakak 7 Ponakan Perdana Tayang di 7 Kota, Sinopsisnya MenarikKeren! Ini Review Spesifikasi Asus Zenbook A14 Sebagai Laptop Tertipis Tahun 2025
Fenomena ini juga dapat dijelaskan melalui realitas ekonomi di daerah. Tidak semua wilayah memiliki akses terhadap peluang kerja seperti di kota besar, yang dipenuhi sektor industri kreatif, teknologi, atau startup.
Di daerah, pilihan pekerjaan sering kali terbatas pada sektor tradisional seperti pertanian, perdagangan kecil, atau merantau ke kota besar bahkan ke luar negeri, yang sering kali penuh dengan ketidakpastian.
Dalam konteks ini, menjadi PNS dipandang sebagai opsi paling logis karena menawarkan kestabilan. Namun, mentalitas ini sering kali menciptakan sikap bermain aman yang menumpulkan semangat inovasi. Orang menjadi enggan mengambil risiko untuk mencoba hal baru karena takut akan kegagalan.
Ada pula faktor budaya yang sering terabaikan, yaitu rasa “sungkan” atau pengakuan sosial. Orang tua di daerah sering merasa bangga jika anaknya menjadi PNS, bukan hanya karena penghasilan, tetapi juga karena status yang melekat.
Bahkan, ada ekspektasi kolektif bahwa anak yang berbakti adalah mereka yang memilih profesi ini. Dalam konteks ini, menjadi PNS tidak hanya tentang pekerjaan, tetapi juga memenuhi harapan keluarga dan menjaga nama baik. Tekanan sosial ini tidak bisa diremehkan.
Sisi Gelap PNS
Ada sisi gelap PNS yang jarang dibahas, yaitu praktik “korupsi halus” dalam sistem PNS. Banyak orang ingin menjadi ASN bukan semata-mata karena gaji, tetapi juga karena adanya peluang untuk mendapatkan keuntungan tambahan.
Praktik seperti proyek fiktif, mark-up anggaran, hingga “uang terima kasih” dari masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan dari stigma negatif tentang PNS. Hal ini menambah lapisan kompleks dalam memandang profesi impian di masyarakat.