Siswa Miftahul Barokah di Desa Cikadu Palabuhanratu Belajar di Tenda Darurat

Ist
DARURAT : Para Siswa di Kampung Gempol, RT 01/02, RW 07, Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa belajar dalam tenda darurat. (apon)
0 Komentar

PALABUHANRATU,SUKABUMI.JABAREKSPRES.COM – Sejumlah pelajar di Yayasan Miftahul Barokah yang berlokasi di Kampung Gempol, RT 01/02, RW 07, Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi terpaksa harus belajar dalam tenda darurat karena dampak bencana pergerakan tanah beberapa waktu lalu

Guru RA Raudhatul Athfal Miftahul Barokah, Lela Helmiah, mengungkapkan bahwa kegiatan belajar mengajar darurat ini sudah berlangsung selama seminggu sejak gedung sekolah mereka amblas.

“Setelah kejadian amblas, kami sempat menghentikan kegiatan belajar Mengajar (KBM) karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekarang kami menggunakan tenda darurat untuk melanjutkan KBM ini,” kata Lela, pada Jumat (10/1) lalu..

Baca Juga:DPRD Sukabumi Gelar Paripurna Nota Penjelasan Atas Tiga RapetdaWakil Bupati Sukabumi Monitoring MBG di SPPG Desa Bojong Raharja Cikembar

Tenda darurat ini ada kata Lela ada Dua, masing-masing dari BNPB berukuran 6×8 meter dan Kementerian Sosial berukuran 5×6 meter, dijadikan ruang kelas darurat. Tenda BNPB digunakan oleh siswa Madrasah Tsanawiyah, sementara tenda dari Kemensos digunakan oleh siswa RA (Raudhatul Athfal).

Menurutnya para guru dan siswa harus menghadapi berbagai tantangan, seperti panas yang menyengat saat siang hari dan becek ketika hujan turun. “Rasanya gerah, capek juga karena harus bolak-balik. Kami tinggal di Sampora dan harus mengajar di sini dari pagi sampai sore. Ada banyak kelas yang disatukan dalam satu tenda, jadi kondisinya benar-benar sempit,” tambah Lela.

Lebih jauh, Lela menjelaskan bahwa dampak kerusakan akibat bencana ini tidak hanya menghancurkan ruang kelas. “Yang terdampak itu bukan hanya RA, tapi juga pondok pesantren putra-putri, lembaga MDTA, MTS, bahkan rumah saya sendiri. Sampai sekarang saya tinggal di rumah saudara bersama anak-anak,” ungkapnya.

“Kalau panas, ya panas banget. Kalau hujan, becek. Harapannya, kami ingin cepat pulih dan bisa kembali belajar di ruang kelas seperti dulu. Di sini sempit, satu ruang dipakai tiga kelas,” lanjutnya. (BS)

0 Komentar