SUKABUMI EKSPRES – Menjadi “people pleaser” berarti selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan jika itu merugikan diri sendiri.
Kebiasaan ini sering berakar pada rasa takut mengecewakan orang lain atau keinginan diterima oleh lingkungan.
Meskipun terlihat baik, menjadi “people pleaser” bisa membuat kamu kehilangan jati diri, merasa kelelahan, hingga tidak bahagia.
Baca Juga:Kesehatan Mental Generasi Z Tantangan dan Solusi di Era DigitalMindfulness di Era Digital Menjaga Kesehatan Mental di Dunia Online
Memasuki 2025, saatnya menjadikan resolusi untuk berhenti menjadi “people pleaser” dan mulai memprioritaskan kesejahteraan diri. Berikut lima langkah yang bisa kamu terapkan:
1. Kenali dan Akui Kebiasaanmu
Langkah pertama adalah menyadari bahwa Anda sering mengorbankan kebutuhan pribadi demi menyenangkan orang lain. Beberapa tanda umum dari “people pleaser” adalah:
- Sulit mengatakan “tidak” ketika diminta bantuan.
- Merasa bersalah saat menolak sesuatu.
- Sering mengutamakan keinginan orang lain dibandingkan kebutuhan diri sendiri.
Cobalah refleksi diri. Tuliskan situasi di mana kamu merasa terbebani karena terlalu memprioritaskan orang lain. Dengan mengenali pola ini, Anda akan lebih sadar kapan harus menghentikannya.
2. Pelajari Cara Mengatakan “Tidak”
Kunci berhenti menjadi “people pleaser” adalah kemampuan berkata “tidak” dengan tegas namun tetap sopan.
Tidak semua permintaan harus kamu penuhi, terutama jika itu membuat Anda merasa terbebani.
Latih dirimu dengan frasa sederhana seperti:
- “Maaf ya, aku nggak bisa membantu kali ini.”
- “Aku lagi sibuk, mungkin lain waktu.”
- “Terima kasih sudah mengajak, tapi saya perlu waktu untuk diri sendiri.”
Awalnya mungkin terasa sulit, terutama jika kamu khawatir dianggap egois. Namun, semakin sering kamu melakukannya, semakin mudah kamu melindungi batasan diri.
3. Tentukan Batasan yang Jelas
Menetapkan batasan adalah langkah penting untuk menjaga keseimbangan hidup. Tentukan apa yang kamu anggap penting dan bagaimana kamu ingin orang lain menghargai waktu serta energimu.
Komunikasikan batasan ini dengan jelas. Misalnya:
Baca Juga:
Jika kamu hanya bisa bekerja pada jam tertentu, sampaikan kepada rekan kerja.
Jika ada teman yang sering meminta bantuan, jelaskan bahwa kamu hanya bisa membantu jika waktu memungkinkan.
Ingat, batasan bukan berarti kamu tidak peduli pada orang lain, tetapi ini menunjukkan bahwa Anda peduli pada diri sendiri.