Banyak Perusahaan Lokal Rusak Gara-Gara Budaya ‘Orang Dalam’ di Indonesia, Pahami Fenomenanya

Budaya Orang Dalam di Indonesia
Budaya Orang Dalam di Indonesia
0 Komentar

3. Tekanan Sosial dan Ekonomi

Dengan tingkat pengangguran yang masih tinggi, banyak orang akhirnya menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan pekerjaan, termasuk memanfaatkan jalur “orang dalam”.

Masalahnya, fenomena ini bukan hanya tentang peluang kerja. Dampaknya jauh lebih luas dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Untuk mengetahui lebih jauh, mari kita bahas di segmen selanjutnya.

Budaya Nepotisme

Sekarang, mari kita bahas mengapa “orang dalam” bisa menjadi budaya yang begitu mengakar di Indonesia. Fenomena ini tidak muncul begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang membuat praktik ini terus bertahan, bahkan semakin menguat dari generasi ke generasi.

Baca Juga:Rangkaian Acara Bandung Gaming Day 2025 di Summarecon Mall Bandung dan Agate Studio Seru Banget7 HP Kamera Terbaik Fitur OIS Pada 2025 untuk Konten Kreator

1. Nepotisme Sudah Menjadi Budaya

Pertama, nepotisme yang sudah menjadi tradisi turun-temurun. Dalam masyarakat kita, membantu keluarga dianggap sebagai kewajiban, bahkan sering kali lebih penting daripada profesionalisme.

Contohnya, ketika ada anggota keluarga yang membutuhkan pekerjaan, sudah menjadi hal yang umum mendengar permintaan bantuan untuk “dimasukkan” ke perusahaan tempat anggota keluarga lain bekerja. Budaya ini memang dianggap wajar, tetapi dampaknya terhadap sistem kerja sangat destruktif.

2. Rrekrutmen yang Tidak Transparan

Banyak perusahaan di Indonesia, terutama di sektor swasta, masih memiliki sistem rekrutmen yang jauh dari profesional.

Menurut riset Transparency International pada 2023, Indonesia berada di peringkat ke-85 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa banyak keputusan penting, termasuk rekrutmen, sering kali didasarkan pada hubungan personal daripada penilaian objektif.

3. Tekanan Ekonomi

Tingkat pengangguran di Indonesia masih tinggi, terutama di kalangan anak muda. Data BPS 2023 menunjukkan bahwa sebagian besar pengangguran berasal dari kelompok usia muda. Dalam situasi seperti ini, banyak orang merasa tidak punya pilihan selain mencari jalan pintas, salah satunya dengan memanfaatkan koneksi.

4. Sistem Pendidikan yang Tidak Sinkron dengan Kebutuhan Industri

Banyak lulusan universitas di Indonesia memiliki teori yang kuat, tetapi kurang memiliki pengalaman praktis. Akibatnya, mereka kesulitan bersaing di pasar kerja.

Namun, jika mereka memiliki “orang dalam”, semua kesulitan itu menjadi tidak relevan. Mereka bisa langsung mendapatkan posisi, bahkan yang tidak sesuai dengan keterampilan mereka.

0 Komentar