Banyak Perusahaan Lokal Rusak Gara-Gara Budaya ‘Orang Dalam’ di Indonesia, Pahami Fenomenanya

Budaya Orang Dalam di Indonesia
Budaya Orang Dalam di Indonesia
0 Komentar

Dampak ke Performa Perusahaan

Anda mungkin berpikir bahwa jika perusahaan terus-menerus menggunakan orang dalam, dampaknya tidak akan seburuk itu. Jawabannya adalah iya, dan ini bukan sekadar teori. Perusahaan yang mengandalkan nepotisme dalam proses rekrutmen sering kali kehilangan daya saing.

Mengapa? Karena mereka tidak memilih orang berdasarkan keterampilan, melainkan berdasarkan kedekatan pribadi. Akibatnya, mereka memiliki tim yang tidak cukup kompeten untuk menghadapi tantangan di industri.

Melansir dari laman Kompas, sistem rekrutmen di China merupakan salah satu kunci yang mendukung pertumbuhan ekonomi mereka. Sistem meritokrasi, secara singkat, adalah sistem yang memungkinkan individu untuk mendapatkan posisi sesuai dengan keterampilan dan kemampuan mereka. Fenomena ini sangat bertolak belakang dengan fenomena di negara kita yang masih kental dengan praktik nepotisme.

Baca Juga:Rangkaian Acara Bandung Gaming Day 2025 di Summarecon Mall Bandung dan Agate Studio Seru Banget7 HP Kamera Terbaik Fitur OIS Pada 2025 untuk Konten Kreator

Selain itu, nepotisme juga menciptakan iklim kerja yang tidak sehat. Karyawan yang merasa diperlakukan tidak adil akhirnya kehilangan motivasi. Mereka merasa tidak ada gunanya bekerja keras jika yang naik jabatan tetap orang yang memiliki koneksi. Akibatnya, tingkat turnover meningkat, yang membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk rekrutmen ulang.

Jadi, jika perusahaan ingin bertahan dalam jangka panjang, mereka harus mulai meninggalkan budaya nepotisme dan fokus pada rekrutmen berbasis kompetensi.

Nepotisme sudah menjadi masalah besar yang membuat banyak orang kehilangan harapan. Dari sistem rekrutmen yang tidak adil hingga budaya orang dalam yang dianggap wajar, semua ini membuat kompetensi kalah dengan koneksi.

Namun, bukan berarti kita tidak bisa berubah. Jika sistem rekrutmen lebih transparan, peluang akan lebih adil, dan semua orang akan fokus untuk meningkatkan kemampuan mereka, bukan mencari jalur belakang. Dengan demikian, kita bisa memiliki masa depan yang lebih baik.

0 Komentar