Menguak Strategi Bisnis Produk Apple hingga Mencoba Curangi Indonesia

Strategi Bisnis Produk Apple
Menguak Sisi Gelap Strategi Bisnis Apple
0 Komentar

Sementara itu, produk yang mereka rakit, seperti iPhone, dijual dengan harga lebih dari 1.000 dolar AS di pasar internasional. Dari harga tersebut, hanya sebagian kecil yang digunakan untuk membayar upah buruh, sering kali kurang dari 10 dolar per unit. Sebaliknya, margin keuntungan perusahaan dapat mencapai hingga 40%.

Kondisi ini menciptakan kesenjangan yang mencolok. Buruh yang bekerja keras selama berjam-jam tetap hidup dalam keterbatasan, sementara perusahaan teknologi besar mendapatkan keuntungan besar dari efisiensi biaya produksi di pabrik-pabrik seperti Foxconn.

Para buruh Foxconn tidak memiliki banyak pilihan selain bertahan dalam sistem yang tidak berpihak pada mereka. Dengan kebutuhan hidup yang terus meningkat dan minimnya peluang kerja, mereka terjebak dalam lingkaran tekanan kerja tinggi dan pendapatan rendah. Meski perusahaan berjanji untuk melakukan perbaikan, banyak pekerja mengeluhkan bahwa perubahan tersebut hanya terjadi di permukaan.

Baca Juga:Rangkaian Acara Bandung Gaming Day 2025 di Summarecon Mall Bandung dan Agate Studio Seru Banget7 HP Kamera Terbaik Fitur OIS Pada 2025 untuk Konten Kreator

Di balik setiap perangkat yang dirakit dengan presisi, tersimpan cerita buruh yang bekerja keras tanpa jaminan kesejahteraan yang memadai—menjadi roda kecil dalam mesin besar industri teknologi global. Namun, kejahatan terbesar dari semua ini adalah bagaimana perusahaan seperti Apple mengeruk keuntungan besar dari negara-negara lain tanpa memberikan timbal balik berarti bagi perekonomian rakyatnya. Inilah yang saat ini terjadi di Indonesia.

Apple Coba Curangi Pasar Indonesia

Di Indonesia, Apple hadir sebagai salah satu merek paling prestisius, simbol kemewahan yang diidamkan banyak orang. Namun, di balik popularitasnya, ada strategi bisnis yang menunjukkan bahwa Apple hanya melihat Indonesia sebagai pasar potensial untuk mengeruk keuntungan tanpa memberikan timbal balik berarti bagi masyarakat dan perekonomian lokal.

Sebagai salah satu negara dengan populasi besar dan pasar yang terus berkembang, Indonesia memiliki potensi luar biasa bagi industri teknologi. Namun, Apple tidak menunjukkan niat untuk berkontribusi dalam membangun industri lokal atau menciptakan lapangan kerja yang signifikan.

Tidak seperti beberapa kompetitornya yang mendirikan pabrik perakitan atau pusat distribusi di Indonesia, Apple memilih untuk mengimpor seluruh produknya. Ini menjadikan Indonesia hanya sebagai konsumen, bukan bagian dari rantai nilai yang lebih besar.

0 Komentar