SUKABUMI EKSPRES – Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena ‘spill aib’ di media sosial semakin marak. Setiap kali membuka Instagram, Twitter, atau TikTok, kita disuguhi cerita-cerita personal yang cukup mengejutkan—mulai dari pengalaman seksual, ciuman, berpelukan, hingga urusan ranjang lainnya.
Semua hal tersebut diungkap tanpa rasa sungkan, padahal seharusnya itu adalah ranah privat, namun justru menjadi konsumsi publik. Alih-alih merasa malu, banyak orang tampak bangga memamerkan aib mereka ke publik. Pertanyaannya adalah, mengapa hal ini terjadi?
Fenomena spill aib di media sosial seperti Instagram, Twitter, TikTok, hingga Facebook semakin lazim. Seringkali, spill aib ini dilakukan dalam bentuk story time, thread, atau video yang dengan bangga diceritakan seolah-olah itu adalah pencapaian.
Baca Juga:10 Rekomendasi Film Netflix Paling Seru Ditonton Saat Liburan PanjangStereotip iPhone Lebih Unggul dari HP Cina Ternyata Salah, Pahami Dulu Faktanya
Hal pertama yang perlu dipertanyakan adalah motivasinya. Mengapa orang rela membagikan urusan pribadi di ruang publik yang bisa diakses jutaan orang?
Alasan Orang Spill Aib Pribadi di Media Sosial
1. Mencari Validasi
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi platform untuk mencari validasi dalam masyarakat yang semakin individualistis. Banyak orang merasa kehilangan koneksi yang nyata dengan orang lain.
Menurut Erich Fromm, seorang filsuf sosial, manusia modern mengalami apa yang disebut sebagai “kesepian eksistensial” akibat industrialisasi dan kapitalisme.
Mereka merasa hampa dan mencoba mengisi kekosongan itu dengan berbagai cara, salah satunya melalui validasi dari orang lain. Ketika mereka melakukan spill aib di media sosial, mereka tidak hanya mencari perhatian, tetapi juga pengakuan bahwa mereka eksis dan relevan.
2. Mencari Peluang Penghasilan
Selain itu, media sosial menciptakan budaya oversharing yang memperlakukan privasi sebagai mata uang. Semakin berani seseorang mengungkapkan hal-hal pribadi, semakin tinggi pula potensi mereka untuk mendapatkan like, komentar, dan share—tiga hal yang menjadi “gold standard” dalam interaksi digital.
Hal ini tentu memunculkan eksposur atau jangkauan audiens yang luas, yang pada gilirannya membuka jalan untuk menghasilkan uang di era digital. Dengan kata lain, pengumbar aib menjadi strategi konten yang efektif untuk meningkatkan engagement, meskipun harus mengorbankan privasi dan martabat pribadi.