5 Alasan Orang Mau Spill Aib Pribadi di Media Sosial, Jadi Fenomena Meresahkan

Fenomena Spill Aib
Fenomena Spill Aib di Media Sosial. Foto: Ilustrasi/ist
0 Komentar

3. Menormalisasi Perilaku Negatif

Analisis selanjutnya adalah bagaimana media sosial telah menormalisasi hal-hal yang dulunya dianggap tabu. Berbicara tentang pengalaman seksual, ciuman, dan berpelukan di ruang publik adalah hal yang dulu bisa membawa konsekuensi sosial negatif. Namun kini, melalui kekuatan viralitas, hal-hal tersebut justru menjadi hal yang lumrah.

Seorang sosiolog, Émile Durkheim, pernah membahas tentang anomie, yakni kondisi di mana norma-norma sosial mengalami disintegrasi dan individu merasa kebingungan tentang apa yang benar atau salah.

Dalam konteks spill aib, kita bisa melihat adanya tanda-tanda anomie di sini. Batasan antara yang boleh dan tidak boleh, yang pantas dan tidak pantas, semakin kabur. Akibatnya, hal-hal yang seharusnya bersifat pribadi malah menjadi komoditas publik yang dipertontonkan.

Baca Juga:10 Rekomendasi Film Netflix Paling Seru Ditonton Saat Liburan PanjangStereotip iPhone Lebih Unggul dari HP Cina Ternyata Salah, Pahami Dulu Faktanya

Hal ini sejalan dengan perkembangan budaya clout chasing. Banyak dari mereka yang spill aib di media sosial tidak hanya ingin cerita mereka diketahui, tetapi juga berharap ini akan membuat mereka viral. Semakin kontroversial konten yang diunggah, semakin besar peluang mereka untuk mendapatkan perhatian.

Di dunia media sosial, perhatian adalah mata uang yang paling berharga, atau biasa disebut attention economy, di mana perhatian manusia dianggap sebagai komoditas yang sangat bernilai.

Di sisi lain, ada juga yang merasa bangga dengan keberanian mereka mengungkapkan aib di depan publik. Beberapa dari mereka mungkin merasa bahwa mereka sedang mematahkan stigma sosial atau mendobrak norma tradisional. Namun, apakah benar demikian, ataukah ini hanya krisis identitas yang berkamuflase sebagai keberanian?

4. Mencari Dukungan Suatu Kelompok

Teori identitas sosial yang diperkenalkan oleh Henri Tajfel menyatakan bahwa identitas seseorang terbentuk dari bagaimana mereka dipandang oleh kelompok sosial mereka. Ketika seseorang merasa berani melakukan spill aib, mereka sebenarnya sedang membentuk citra diri yang sesuai dengan ekspektasi kelompok sosial yang mendukung mereka.

Dalam hal ini, media sosial telah menjadi cermin besar yang memproyeksikan bagaimana individu ingin dilihat oleh dunia—entah itu sebagai sosok pemberani yang blak-blakan atau seseorang yang lebih bebas dari batasan sosial.

0 Komentar