Namun, di balik kebanggaan itu, terdapat krisis identitas yang lebih dalam. Mereka yang terus-menerus mengumbar aib sebenarnya sedang mencari pegangan tentang siapa diri mereka yang sebenarnya.
Mereka tidak benar-benar bangga atas tindakan mereka, melainkan merasa kosong tanpa pengakuan dari luar. Ini adalah bentuk krisis yang bukan tentang keterbukaan, tetapi lebih kepada kebingungan eksistensial—mencari identitas yang sebenarnya rapuh di balik lapisan filter media sosial.
5. Mengatasnamakan Kebebasan Berekspresi
Analisis lain yang bisa digunakan untuk memahami tindakan para spiller aib adalah kebebasan berekspresi. Mereka merasa bahwa mereka berhak untuk berbagi apapun yang mereka inginkan di media sosial, termasuk hal-hal yang sangat pribadi.
Baca Juga:10 Rekomendasi Film Netflix Paling Seru Ditonton Saat Liburan PanjangStereotip iPhone Lebih Unggul dari HP Cina Ternyata Salah, Pahami Dulu Faktanya
Namun, di sinilah letak paradoksnya. Jean Baudrillard, seorang filsuf dan teoretikus sosial asal Prancis, berpendapat bahwa segala sesuatu telah kehilangan esensinya dan hanya menjadi sebuah simulasi—bahwa apa yang ada di dunia maya itu seakan lebih nyata daripada kenyataan itu sendiri. Ini biasa disebut hyperreality.
Kebebasan berekspresi yang mereka yakini sebenarnya bukan kebebasan yang sesungguhnya, melainkan bentuk eksploitasi diri akibat adanya hyperreality. Mereka tidak benar-benar mengendalikan narasi hidup mereka sendiri, melainkan justru dikuasai oleh algoritma media sosial yang memprioritaskan konten sensasional.
Dalam konteks ini, kebebasan berekspresi tidak lagi murni sebagai hak individu, melainkan menjadi alat kapitalisme digital yang mengeksploitasi kehidupan pribadi demi keuntungan komersial. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam attention economy, semakin panas aib yang dispil, semakin banyak orang yang tertarik, dan semakin besar pula potensi untuk mendatangkan uang.
Dampak Buruk Spill Aib
Meskipun banyak yang merasa bangga setelah melakukan spill aib di media sosial, bukan berarti semuanya berakhir bahagia. Banyak orang yang setelah viral karena spill aib justru merasa menyesal. Efek viralitas sering kali tidak sesuai dengan ekspektasi.
Apa yang awalnya ingin dibagikan sebagai bentuk curhat atau berbagi pengalaman, malah menjadi bumerang ketika dihadapi dengan kritikan, cemoohan, atau bahkan penghinaan dari netizen.
Ada juga yang mengalami digital footprint atau jejak digital. Apa yang kita bagikan di media sosial akan selalu ada dan bisa diakses kapan pun oleh siapa pun di masa depan. Ketika seseorang sudah move on dari masa lalunya, konten aib yang dulu diunggah bisa saja diungkit lagi oleh orang lain dan menimbulkan masalah baru.