5 Standar Tiktok yang Bisa Buat Hidup Makin Miskin

Standar Tiktok Buat Miskin
Standar Tiktok Bisa Buat Miskin
0 Komentar

Namun, kenyataannya tidak semua dari mereka benar-benar menjalani kehidupan semewah itu. Banyak kasus di mana barang-barang yang mereka pamerkan sebenarnya tidak mereka miliki. Ada yang menyewa barang-barang mewah hanya untuk konten, dan ada pula yang sebenarnya hidup pas-pasan tetapi menghabiskan seluruh uang mereka untuk membeli barang mahal demi terlihat kaya di TikTok.

Dampaknya sangat serius, terutama bagi penonton muda yang tidak mengetahui bahwa semua ini hanya kepalsuan. Mereka mungkin mulai menganggap standar kesuksesan adalah memiliki barang-barang branded, dan hal ini membuat banyak orang merasa minder atau tidak cukup baik jika tidak memilikinya. Tidak hanya menjadi konsumtif, budaya ini juga mendorong banyak orang untuk rela berutang demi mengikuti tren.

2. FOMO (Fear of Missing Out)

FOMO atau ketakutan akan ketinggalan adalah masalah mental yang semakin parah karena keberadaan TikTok. Anda mungkin pernah merasakan hal ini ketika membuka FYP dan melihat video tren baru, baik itu tentang outfit, gadget, tempat nongkrong, atau tantangan-tantangan viral.

Baca Juga:Indonesia jadi Negara Paling Religius di Dunia Tapi 'Nakal'Film Horor Aplikasi Iblis Garapan Dimas Anggara Siap Tayang di Bioskop

Secara psikologis, manusia cenderung ingin mengikuti hal-hal yang terus-menerus dipaparkan kepada mereka agar tidak merasa ketinggalan. Masalah ini menjadi sangat serius karena FOMO dapat membuat orang kehilangan akal sehat dalam menentukan prioritas hidup.

Budaya kolektif di Indonesia juga memperparah fenomena ini. Kita cenderung ingin mengikuti apa yang dilakukan orang lain agar tidak terlihat aneh atau berbeda. Di TikTok, algoritma semakin mendorong tren tertentu untuk terus muncul di FYP, sehingga orang merasa harus ikut mencoba atau membeli sesuatu yang sedang viral.

Salah satu contoh tren yang paling jelas adalah pembelian iPhone. Banyak orang rela berutang atau menabung mati-matian hanya untuk membeli iPhone terbaru, bukan karena mereka membutuhkan fitur-fitur canggihnya, tetapi karena mereka tidak ingin dianggap ketinggalan.

Misalnya, jika Anda membeli iPhone 14 hanya untuk menelepon dan mengirim pesan tanpa memanfaatkan fitur kamera atau lainnya untuk produktivitas, itu sangat impulsif dan merugikan.

Namun, karena FOMO, iPhone telah berubah menjadi simbol status sosial. Seseorang dianggap keren jika memiliki iPhone terbaru, dan jika tidak, mereka sering kali dipandang sebelah mata.

0 Komentar