SUKABUMI EKSPRES – Di Indonesia, terdapat profesi yang kerap dianggap bergengsi, menjadi kebanggaan orang tua, serta dijadikan standar kesuksesan oleh banyak orang, yaitu menjadi Abdi Negara. Profesi ini selalu menjadi pilihan banyak orang karena berbagai alasan, mulai dari jaminan kepastian, kebanggaan tersendiri, hingga tuntutan dari orang tua.
Salah satu alasan utama seseorang memilih profesi sebagai Abdi Negara adalah kepastian dalam karier. Profesi ini dianggap sebagai pekerjaan tetap yang dijamin oleh pemerintah serta memiliki kestabilan finansial yang berlangsung hingga masa pensiun.
Selain itu, banyak pula yang memilih profesi ini karena dorongan dari orang tua, terutama jika orang tua mereka juga merupakan Abdi Negara atau melihat keuntungan dari kepastian yang ditawarkan.
Baca Juga:Rumor Peluncuran Kamera DJI Osmo Pocket 4 Meragukan, Dibantah dengan Bukti IniKerja di Jepang Masih Woth It Tahun 2025? Simak 4 Poin Ini Agar Tidak Menyesal
Dengan berbagai manfaat yang diperoleh, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menjadikan profesi Abdi Negara sebagai pilihan karier. Namun, jika melihat realitanya, proses seleksi untuk menjadi bagian dari Abdi Negara sangatlah sulit karena persaingannya yang ketat.
Sebagai contoh, dalam pendaftaran CPNS, jumlah pendaftar setiap tahunnya mencapai jutaan orang, sedangkan jumlah yang diterima hanya sebagian kecil dari mereka.
Pada tahun 2024, sempat beredar berita tentang meningkatnya jumlah pendaftar CPNS yang mencapai sekitar 3,9 juta orang, sementara kuota penerimaan hanya sekitar 250.000 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pendaftar jauh lebih besar dibandingkan kuota yang tersedia, sehingga persaingan untuk lolos menjadi sangat ketat.
Karena tingginya tingkat kesulitan dalam proses seleksi, tidak sedikit orang yang mencoba berbagai cara agar bisa diterima, termasuk dengan melakukan tindakan curang. Beberapa di antaranya bahkan rela menjual tanah, sawah, atau aset pribadi demi mendapatkan jalur transaksional untuk lolos seleksi.
Namun, perlu diingat bahwa praktik semacam ini dilakukan oleh oknum tertentu dan tidak mencerminkan keseluruhan proses seleksi, karena masih banyak pula peserta yang berjuang secara jujur untuk meraih posisi sebagai Abdi Negara.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa prestise profesi Abdi Negara membuat banyak orang berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi bagian darinya. Namun, saat ini muncul sebuah fenomena yang menurut kami bertentangan dengan esensi profesi Abdi Negara itu sendiri, yaitu romantisasi terhadap profesi ini di Indonesia.