Mengapa kami mengatakan hal ini bertentangan dengan esensi Abdi Negara? Karena sejatinya, profesi ini berfungsi untuk melayani kepentingan publik dengan mengutamakan profesionalitas, integritas, dan tanggung jawab.
Namun, ketika profesi ini dipandang secara berlebihan, muncul pandangan yang mengidealisasikan Abdi Negara seolah-olah menjadi satu-satunya tolok ukur keberhasilan seseorang, sementara profesi lain dianggap tidak lebih hebat atau kurang bernilai dibandingkan profesi ini.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan profesinya itu sendiri. Justru, kami sangat menghormati profesi Abdi Negara. Namun, yang menjadi permasalahan adalah munculnya fenomena di mana banyak masyarakat menanggapi profesi ini secara berlebihan, yang pada akhirnya dapat merugikan diri mereka sendiri.
Baca Juga:Rumor Peluncuran Kamera DJI Osmo Pocket 4 Meragukan, Dibantah dengan Bukti IniKerja di Jepang Masih Woth It Tahun 2025? Simak 4 Poin Ini Agar Tidak Menyesal
Kami ingin membahas lebih lanjut mengenai fenomena romantisasi profesi Abdi Negara di Indonesia. Namun, sebagai catatan, tulisan ini sama sekali tidak bertujuan untuk merendahkan institusi mana pun. Pembahasan ini berfokus pada sikap berlebihan sebagian orang, karena pada dasarnya, meromantisasi profesi apa pun bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan.
Penyebab Profesi Abdi Negara Dielu-Elukan
Sebenarnya, sikap berlebihan terhadap profesi Abdi Negara bersifat subjektif karena tidak semua orang melakukannya. Namun, jika kita mengamati secara umum, salah satu penyebab mengapa banyak orang meromantisasi profesi ini adalah pengaruh media yang sering melebih-lebihkan citra Abdi Negara.
Sebagai contoh, mungkin Anda pernah melihat konten di media sosial yang membandingkan kekuatan militer Indonesia dengan negara lain. Dalam konten tersebut, sering kali digambarkan seolah-olah militer Indonesia adalah yang terkuat di dunia.
Narasi ini diperkuat dengan penggunaan kata-kata hiperbola yang berlebihan, seperti “satu prajurit Kopassus setara dengan beberapa tentara Amerika” atau “militer Indonesia ditakuti negara-negara besar.” Akibatnya, banyak orang yang terbuai dengan narasi ini dan menganggap profesi Abdi Negara sebagai sesuatu yang luar biasa dan tidak tergantikan.
Padahal, setiap profesi, termasuk tentara dan polisi, memiliki tantangan dan risiko masing-masing. Sayangnya, karena media lebih sering menampilkan sisi heroik mereka, kita cenderung melihatnya sebagai sosok yang tidak bisa tertandingi. Kenyataannya, kekuatan sebuah negara tidak hanya diukur dari militernya, tetapi juga dari aspek lain seperti pendidikan, ekonomi, dan teknologi.