Sayangnya, banyak orang terjebak dalam glorifikasi yang membuat seolah-olah semua permasalahan negara dapat diselesaikan hanya dengan kekuatan militer. Biasanya, orang-orang yang mudah fanatik terhadap hal ini adalah mereka yang tidak pernah melihat negaranya dari sudut pandang pihak ketiga.
Akibatnya, mereka tidak mampu menilai secara objektif karena hanya melihat dari perspektif yang menonjolkan sisi heroik semata.
Hal ini kemudian melahirkan sikap chauvinisme, yaitu kecintaan terhadap tanah air yang berlebihan dan tidak realistis, di mana seseorang menganggap bangsanya sebagai yang terkuat di dunia tanpa menyadari bahwa setiap bangsa memiliki keunggulan dan tantangannya masing-masing.
Baca Juga:Rumor Peluncuran Kamera DJI Osmo Pocket 4 Meragukan, Dibantah dengan Bukti IniKerja di Jepang Masih Woth It Tahun 2025? Simak 4 Poin Ini Agar Tidak Menyesal
Chauvinisme berbeda dengan nasionalisme. Nasionalisme adalah kecintaan terhadap tanah air tanpa merendahkan bangsa lain, sementara chauvinisme adalah sikap berlebihan dalam mendukung bangsa sendiri dengan merendahkan bangsa lain.
Selain itu, salah satu faktor yang menyebabkan banyak orang meromantisasi profesi Abdi Negara adalah rasa eksklusivitas. Kita semua pasti setuju bahwa proses untuk menjadi Abdi Negara tidaklah mudah. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, untuk menjadi Abdi Negara, kita harus bersaing dengan jutaan orang lainnya.
Akibatnya, kesulitan untuk mencapai posisi ini menimbulkan pandangan bahwa mereka yang berhasil lolos adalah orang-orang pilihan. Bahkan, tak jarang, mereka yang belum berhasil diterima sudah merasa bangga terlebih dahulu karena memilih profesi tersebut.
Fenomena ini mirip dengan orang-orang yang meromantisasi profesi tertentu, seperti berbisnis. Banyak orang yang baru ingin memulai bisnis sudah merasa bangga, karena menjadi pebisnis sering kali diasosiasikan dengan kekayaan dan kemewahan. Akibatnya, meskipun bisnis mereka belum sukses, mereka sudah merasa memiliki kebanggaan karena yakin masyarakat akan menilai mereka demikian, padahal kenyataannya belum tentu.
Tak jarang kita melihat teman atau orang di media sosial yang merasa bangga mengejar status Abdi Negara, bahkan sampai saling membandingkan profesi mereka dengan profesi lain. Misalnya, sering terlihat di media sosial perbandingan antara profesi Abdi Negara dengan pengusaha muda atau bos muda, dengan masing-masing pihak merasa lebih superior.
Menurut kami, hal ini sebenarnya lucu. Sebab, apakah Anda memilih menjadi Abdi Negara atau profesi lainnya, yang pertama harus dilakukan adalah menunjukkan hasil dari apa yang telah dicapai.