Anak-anak pun menyukai mi, sehingga Mi Gacoan bisa menjadi pilihan bagi keluarga. Selain itu, tempatnya juga cocok untuk komunitas yang ingin berkumpul dan bersantai.
Tidak hanya untuk makan di tempat, Mi Gacoan juga cocok untuk dibawa pulang. Hal ini terlihat dari banyaknya layanan ojek online yang mengantarkan pesanan dari Mi Gacoan. Dengan jangkauan pasar yang luas, tidak heran jika usaha ini terus berkembang dan tetap ramai hingga saat ini.
Jika Mi Gacoan menjual pizza, kemungkinan besar bisnisnya tidak akan seramai sekarang. Hal ini membuktikan bahwa pemilihan produk dan target pasar yang tepat adalah kunci keberhasilan sebuah usaha.
Baca Juga:Peringati Hari Kanker Sedunia, RSUD Al Ihsan Baleendah Beri Imbauan Masyarakat tentang KankerProyek IKN Resmi Mangkrak! Ini 6 Alasan Awal Pemerintah Ingin Bangun Ibu Kota Baru
Sisi Gelap Mi Gacoan
1. Bukan Jenis Bisnis yang Strategis
Mengapa seseorang yang ingin memulai usaha sebaiknya tidak menjual mi pedas seperti Mi Gacoan, meskipun cara pembuatannya mudah dan banyak orang menyukainya?
Ada sebuah cerita tentang seorang pengusaha di Jepara yang mencoba membuka usaha mi dengan konsep serupa Mi Gacoan. Awalnya, usahanya cukup laris dan memiliki pelanggan.
Namun, ia memutuskan untuk menutup usahanya setelah mengetahui bahwa Mi Gacoan akan membuka cabang di Jepara. Kebetulan, masa sewa tokonya juga hampir habis, sehingga ia memilih untuk tidak melanjutkan usahanya karena khawatir kalah bersaing.
Jika dipikirkan lebih dalam, keputusan tersebut cukup masuk akal. Saat memulai usaha, meniru konsep bisnis yang sudah ada bukanlah hal yang salah. Banyak usaha yang berkembang dengan cara ini, seperti Rocket Chicken yang mengadopsi konsep KFC atau berbagai merek burger yang meniru McDonald’s.
Namun, meskipun meniru, sebuah bisnis tetap harus memiliki nilai jual yang unik, seperti harga lebih murah, rasa lebih enak, porsi lebih banyak, atau lokasi yang lebih strategis.
Ketika Mi Gacoan hadir di suatu daerah, pesaing yang menawarkan produk serupa akan kesulitan bersaing. Mi Gacoan sudah memiliki rasa yang diterima pasar, harga yang terjangkau, lokasi yang strategis, dan nama besar yang kuat. Oleh karena itu, mundur sebelum bersaing bisa menjadi keputusan yang lebih bijak dibandingkan memaksakan diri tanpa persiapan yang matang.