Mengapa bisa demikian? Calya-Sigra telah memiliki citra sebagai kendaraan taksi online (taksol), sehingga banyak calon pembeli yang ragu. Selain itu, terdapat praktik tidak etis dari beberapa penjual yang memanipulasi odometer. Misalnya, mobil dengan jarak tempuh sebenarnya 500.000 km diubah menjadi 130.000 km.
Padahal, jika dilihat dari kondisi interiornya, seperti setir, pedal, dan bagian lainnya, sudah terlihat aus, yang tidak mungkin terjadi jika mobil benar-benar memiliki jarak tempuh hanya 130.000 km. Akibatnya, citra Calya-Sigra sebagai mobil bekas semakin buruk dan sulit terjual dengan harga tinggi.
Namun, terlepas dari itu, mobil LCGC memang memiliki harga yang cukup stabil. Di luar kategori LCGC, mobil Jepang secara umum juga memiliki harga jual kembali yang cukup baik. Contohnya seperti Xpander, Avanza, dan model lainnya, yang harganya tetap stabil karena permintaan di pasaran masih tinggi.
Baca Juga:Peringati Hari Kanker Sedunia, RSUD Al Ihsan Baleendah Beri Imbauan Masyarakat tentang KankerProyek IKN Resmi Mangkrak! Ini 6 Alasan Awal Pemerintah Ingin Bangun Ibu Kota Baru
Namun, apakah membeli mobil Jepang dapat sepenuhnya membebaskan seseorang dari kerugian? Tentu tidak. Depresiasi tetap terjadi, dan pada akhirnya bisa menyebabkan kerugian finansial.
Adakah Mobil Terbaik untuk Kelas Menengah?
Jawabannya adalah membeli mobil bekas, tetapi bukan sembarang mobil bekas—melainkan mobil bekas buatan Jepang.
Apakah membeli mobil bekas lebih layak dibandingkan membeli mobil baru? Dalam beberapa kasus, iya. Sebagai contoh, jika seseorang membeli Toyota Avanza tahun 2020 pada tahun 2022 dengan tipe G, harga pasarannya berkisar antara Rp150 juta hingga Rp170 juta.
Sementara itu, jika mobil tersebut dijual pada awal tahun 2025, harga jualnya masih berada di kisaran Rp150 juta hingga Rp160 juta. Dengan kata lain, depresiasi yang terjadi sangat kecil, bahkan hampir nol jika digunakan kurang dari tiga tahun.
Namun, jika ingin membeli mobil bekas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, salah satunya adalah biaya balik nama. Saat ini, kebijakan pajak progresif membuat banyak pemilik kendaraan yang menjual mobilnya langsung memblokir nomor kendaraan. Hal ini berarti pembeli wajib melakukan balik nama, yang tentu saja memerlukan biaya tambahan.
Selain itu, membeli mobil bekas juga memiliki tantangan tersendiri. Hampir selalu ada pekerjaan perbaikan (PR) yang harus dilakukan, baik itu pada kaki-kaki, interior, bodi yang lecet, tangki bahan bakar yang kotor, mesin yang kotor, seal oli yang bocor, dan sebagainya.