Mebedah Buku Paling Ditakuti Para Penguasa: Il Principe Karya Machiavelli

Il Principe Karya Machiavelli
Buku Il Principe Karya Machiavelli Berhasil Mempengaruhi para Penguasa Dunia
0 Komentar

“Aku tak perlu perang. Aku hanya butuh satu malam.”

Machiavelli mencatat bahwa tindakan Borgia adalah kejahatan—tetapi kejahatan yang berhasil. Namun, inilah ironi besar dalam pemikirannya: meskipun ia mengagumi Borgia, Il Principe justru ia persembahkan kepada musuh bebuyutannya, keluarga Medici.

Setelah jatuh dari kekuasaan, Machiavelli berharap buku ini dapat menjadi panduan bagi Medici untuk menguasai Italia. Ia menulis:

“Seorang pangeran harus belajar dari Borgia, tetapi juga dari Medici yang bijaksana.”

Baca Juga:Peringati Hari Kanker Sedunia, RSUD Al Ihsan Baleendah Beri Imbauan Masyarakat tentang KankerProyek IKN Resmi Mangkrak! Ini 6 Alasan Awal Pemerintah Ingin Bangun Ibu Kota Baru

Namun, keluarga Medici tidak tertarik. Bagi mereka, Machiavelli terlalu vulgar, terlalu jujur. Dan di sinilah inti dari ajaran Machiavelli yang mengguncang dunia: politik bukan tentang siapa yang baik dan siapa yang buruk—politik adalah tentang siapa yang berhasil.

Ia menulis bahwa seorang penguasa harus seperti rubah untuk menghindari perangkap dan seperti singa untuk menakuti serigala. Tapi rubah macam apa? Machiavelli memberi contoh: ketika Medici merebut Florence, mereka menghancurkan musuh-musuhnya secara sistematis—bukan karena benci, tetapi karena perlu.

Namun, jika Machiavelli membenci Medici, mengapa ia memuji mereka di Il Principe? Jawabannya ada dalam suratnya yang lain:

“Aku membenci Medici, tetapi aku mencintai Florence. Jika kekejaman mereka bisa menyatukan Italia, aku akan mendukungnya.”

Di sinilah Machiavelli mengorbankan moral pribadinya demi kebaikan yang lebih besar—sebuah paradoks yang menjadi dasar Machiavellianisme.

Dan ironi terbesar? Medici, keluarga yang ia puja sekaligus benci, justru menggunakan ajarannya. Mereka membunuh musuh di balik pintu, lalu menyumbang gereja untuk mencuci dosa mereka—persis seperti nasihat Machiavelli:

“Nampaklah seperti malaikat, meski kalian bertindak seperti iblis.”

Perang ideologi

Jika Il Principe hanya berisi nasihat politik, mengapa gereja dan raja-raja Eropa begitu ketakutan? Jawabannya sederhana: buku ini bukan sekadar teori, melainkan cermin yang memantulkan kebenaran kelam tentang kekuasaan—kebenaran yang para penguasa ingin kubur selamanya.

Baca Juga:Cara Buat Link Dana Kaget Resmi Langsung dari Aplikasi Tanpa Ribet5 Modus Penipuan Saldo Dana Gratis di Internet Buat Masyarakat Lebih Hati-Hati

Pada tahun 1559, Gereja Katolik secara resmi memasukkan Il Principe ke dalam daftar buku terlarang. Alasannya? Buku ini mengajarkan bahwa penguasa tidak perlu tunduk pada hukum Tuhan. Bagi gereja, ini adalah ancaman eksistensial. Jika seorang raja tidak lagi membutuhkan restu ilahi, lalu apa gunanya Paus? Machiavelli pun dianggap setara dengan Martin Luther—seorang heretik yang meruntuhkan otoritas Vatikan.

0 Komentar