Namun, bukan hanya gereja yang mengutuknya. Monarki Eropa pun gemetar. Di Prancis, Raja Francis I melarang peredaran buku ini. Di Inggris, Ratu Elizabeth I menyebutnya sebagai racun bagi takhta. Mengapa? Karena Il Principe membongkar rahasia tersembunyi kekuasaan:
“Rakyat tidak perlu mencintaimu. Mereka hanya perlu takut untuk memberontak.”
Dan inilah yang membuatnya berbahaya. Jika rakyat memahami trik-trik penguasa, mereka bisa melawan. Bahkan para filsuf Zaman Pencerahan mengecamnya. Jean-Jacques Rousseau menyebut Il Principe sebagai “buku panduan bagi tiran,” sementara Shakespeare menjuluki Machiavelli sebagai “iblis berdarah dingin” dalam drama-dramanya.
Namun, ironi terbesar datang dari abad ke-20. Justru para diktator yang memuja buku ini. Benito Mussolini menyimpan Il Principe di bawah bantalnya. Hitler dikabarkan memberikan salinannya kepada para jenderalnya. Stalin bahkan memuji Machiavelli, menganggapnya sebagai orang yang memahami bahwa kekuasaan sejati lahir dari ketakutan.
Baca Juga:Peringati Hari Kanker Sedunia, RSUD Al Ihsan Baleendah Beri Imbauan Masyarakat tentang KankerProyek IKN Resmi Mangkrak! Ini 6 Alasan Awal Pemerintah Ingin Bangun Ibu Kota Baru
Namun, inilah pertanyaan besar: Apakah Machiavelli benar-benar mendukung tirani, ataukah para diktator itu hanya memelintir kata-katanya?
Mari kita lihat contoh nyata. Saat Machiavelli menulis bahwa seorang penguasa harus siap membunuh, yang ia maksud adalah “pembunuhan terukur” untuk mencegah perang saudara—bukan genosida seperti yang dilakukan Hitler. Saat ia menyarankan penguasa bersikap licik, tujuannya adalah menyelamatkan negara—bukan mengosongkan kas rakyat demi istana mewah.
Tapi kebenaran tak pernah penting bagi penguasa korup. Mereka hanya mengambil apa yang menguntungkan.
Lihatlah keluarga Medici. Mereka menyensor Il Principe, tetapi diam-diam mengadopsi taktiknya. Cosimo de Medici, misalnya, menggunakan prinsip divide et impera untuk memecah belah musuh politiknya—persis seperti yang ditulis Machiavelli.
Inilah bahaya sebenarnya dari buku ini: Il Principe menjadi senjata bagi mereka yang haus kekuasaan, sementara sang penulis justru dikutuk sebagai “guru setan.” Jadi, apakah Il Principe berbahaya? Ya. Namun, bukan karena ajaran Machiavelli, melainkan karena ia mengungkap kebenaran yang ingin disembunyikan para penguasa—bahwa takhta dibangun dari darah, tipu daya, dan air mata.
Dan di dunia yang masih dipimpin oleh para Borgia modern, kebenaran semacam ini tetap mengancam, bahkan 500 tahun kemudian.