Mebedah Buku Paling Ditakuti Para Penguasa: Il Principe Karya Machiavelli

Il Principe Karya Machiavelli
Buku Il Principe Karya Machiavelli Berhasil Mempengaruhi para Penguasa Dunia
0 Komentar

Lihatlah sekeliling kita:

· CEO mengorbankan pekerja demi laba, menyebutnya sebagai efisiensi bisnis.

· Influencer menjual kebohongan demi followers, tampak seperti malaikat.

· Negara adidaya menginvasi atas nama perdamaian.

Tujuan Menghalalkan Cara

Kita hidup di dunia yang jauh lebih Machiavellian daripada Italia abad ke-16—bedanya, kini kita punya teknologi untuk membuat kejahatan itu lebih elegan.

Jadi, apakah Il Principe masih relevan? Lebih dari itu, ia telah berevolusi menjadi virus yang menginfeksi DNA kekuasaan modern.

Namun, pertanyaan terbesar bukanlah tentang Machiavelli, melainkan tentang kita:

Apakah kita akan terus membiarkan tujuan menghalalkan cara menjadi mantra zaman ini? Ataukah kita bisa menemukan jalan baru tanpa mengorbankan kemanusiaan di altar kekuasaan?

500 tahun berlalu, dan kita masih terjebak dalam pertanyaan yang sama:

Baca Juga:Peringati Hari Kanker Sedunia, RSUD Al Ihsan Baleendah Beri Imbauan Masyarakat tentang KankerProyek IKN Resmi Mangkrak! Ini 6 Alasan Awal Pemerintah Ingin Bangun Ibu Kota Baru

Apakah Machiavelli seorang jenius yang jujur atau guru jahat yang melegitimasi kekejaman?

Atau mungkin, seperti yang dikatakan filsuf Isaiah Berlin, “Ia bukan dosen setan—ia hanya mendiagnosis penyakit yang sudah ada.”

Diagnosis yang membuat kita tidak nyaman, karena mengungkap kanker dalam jiwa kekuasaan. Bahwa terkadang, kejahatan adalah obat pahit untuk menyelamatkan negara.

Tapi pada akhirnya, Il Principe bukan hanya buku tentang politik. Ini adalah buku tentang manusia—tentang ambisi kita yang gelap, ketakutan kita akan kekacauan, dan ilusi kita tentang moralitas.

Machiavelli mengajarkan satu hal: kekuasaan tidak pernah steril. Ia selalu berdarah.

Pertanyaannya adalah, seberapa kotor tangan kita demi mencapainya?

0 Komentar