3 Penyebab Utama Munculnya Generasi Sandwich, Berawal dari Permintaan Berbakti Menjadi Kebablasan

Penyebab Generasi Sandwich
Penyebab Munculnya Generasi Sandwich
0 Komentar

Sebagai bagian dari hadis, ungkapan ini sebenarnya tidak salah sama sekali. Namun, cara memahaminya yang sering kali keliru. Banyak orang tua mengartikannya seolah-olah anak laki-laki harus selalu mengutamakan kebutuhan orang tua di atas kebutuhannya sendiri—bahkan di atas keluarganya, termasuk istri dan anak-anaknya.

Akibatnya, muncul pola pikir bahwa jika istri dan anak kekurangan, itu bukan masalah. Yang penting, anak laki-laki tetap milik ibunya, sehingga gajinya harus masuk ke dompet orang tua terlebih dahulu sebelum diberikan kepada istri dan anak-anaknya. Hal ini terjadi di banyak keluarga, dan tidak jarang sikap toksik seperti ini justru menghancurkan rumah tangga sang anak.

Ketika seorang istri tidak tahan dengan tekanan tersebut, rumah tangga bisa berujung pada perceraian. Anak-anak menjadi korban, dan cucu-cucu tumbuh dalam kondisi broken home hanya karena kakek-nenek yang toksik. Fenomena ini bukan sekadar cerita—ini benar-benar terjadi di sekitar kita.

Baca Juga:Bocoran Spesifikasi iPhone 17 Sudah Beredar! Simak 10 Hal yang Perlu Kamu Ketahui5 Langkah Aman Mengatasi Akun Dana Diretas Tanpa Perlu Panik Kena Hack

Padahal, jika kita memahami makna kata milik dalam konteks yang lebih dalam, justru artinya sangat berat. Jika seorang anak adalah milik orang tuanya selamanya, maka sebagai manusia yang normal, orang tua memiliki tanggung jawab penuh atas anak tersebut sepanjang hidupnya.

Ketika anak telah lulus kuliah dan belum bekerja, orang tualah yang harus bertanggung jawab. Ketika anak sudah menikah dan mengalami kesulitan finansial, orang tua seharusnya membantu. Karena anak adalah miliknya, maka sampai kapan pun ia tetap menjadi tanggung jawab orang tua—bukan justru sebaliknya.

Bukan berarti orang tua harus terus-menerus menanggung hidup anaknya. Namun, ketika anak benar-benar membutuhkan, orang tua seharusnya ada untuknya. Inilah esensi sebenarnya yang tidak dipahami oleh para orang tua yang toksik. Mereka hanya memaknai kata milik sebagai pembenaran untuk menjadikan anak sebagai sumber penghasilan tanpa memahami tanggung jawab yang seharusnya mereka emban.

3. Bakti adalah ‘Uang’

Disclaimer, kami menyampaikan hal ini bukan untuk menghasut kalian agar membenci orang tua. Sama sekali tidak. Sebagai anak yang baik, sudah sepantasnya kita berbakti dan berterima kasih kepada orang tua. Saya yakin kalian pun ingin membahagiakan mereka sebagai bentuk penghargaan dan rasa syukur atas semua yang telah mereka lakukan. Saya sendiri merasakan hal yang sama.

0 Komentar