Dulu, ketika menghadapi masalah dalam rumah tangga, seseorang akan mencari solusi dengan berdiskusi bersama keluarga, teman, atau saudara. Namun, dengan fenomena standar TikTok ini, banyak orang justru mencari validasi di TikTok, yang pada akhirnya turut berkontribusi terhadap meningkatnya angka perceraian.
2. Normalisasi Perceraian Sebagai Self Love
Di TikTok, banyak narasi yang menggiring opini bahwa perceraian bukan lagi keputusan berat, melainkan langkah terbaik untuk self-love. Berbagai kutipan tentang kebahagiaan, terutama yang menekankan pentingnya meninggalkan hubungan, semakin banyak bermunculan.
Memang benar bahwa kebahagiaan itu penting, tetapi banyak orang keliru dalam memahami konsep kebahagiaan dalam pernikahan. Dalam teori psikologi hubungan, terdapat Commitment Theory, yang menyatakan bahwa pernikahan bukan hanya tentang perasaan sesaat, melainkan juga mengenai komitmen dan usaha.
Baca Juga:Ikuti Cara Pinjam Saldo Dana Tanpa KTP dan Fitur 'Minta' Mungkin Akan Berguna5 Rekomendasi Mobil Listrik Termurah di Indonesia Pada 2025 Pilihan Paling Compact
Pernikahan bisa diibaratkan sebagai investasi—seseorang tidak bisa mengharapkan keuntungan terus-menerus tanpa menghadapi risiko atau kerugian.
Namun, karena narasi self-love yang semakin populer, banyak orang menjadi lebih mudah menyerah ketika menghadapi tantangan dalam hubungan. Dulu, jika ada masalah rumah tangga, pasangan akan mencoba melakukan introspeksi dan mencari solusi bersama. Sekarang, begitu mereka merasa sedikit tidak bahagia, mereka langsung menganggap bahwa itu tanda untuk self-love dan meninggalkan hubungan mereka.
Tentu saja, ini tidak berarti bahwa semua perceraian adalah keputusan yang salah. Dalam beberapa kasus, seperti hubungan yang penuh kekerasan atau manipulasi, perceraian memang merupakan pilihan terbaik. Namun, jika setiap masalah dalam pernikahan langsung dijadikan alasan untuk bercerai atas nama self-love, maka komitmen dalam hubungan akan kehilangan maknanya.
3. Efek Confirmation Bias dan Bandwagon Effect
Seseorang yang sedang mengalami masalah rumah tangga cenderung mencari konten yang mendukung keputusan mereka untuk bercerai. Fenomena ini disebut confirmation bias, di mana seseorang lebih mudah mempercayai informasi yang sesuai dengan pemikirannya daripada yang bertentangan.
Misalnya, jika seseorang merasa pasangannya kurang perhatian, lalu menemukan video di TikTok yang membahas hal tersebut, ditambah ratusan komentar yang memberikan dukungan, ia akan semakin yakin untuk meninggalkan hubungan tanpa mencoba melihat perspektif lain atau mencari solusi yang lebih dalam.