Hal ini mencerminkan bagaimana generasi kedua dari keluarga kaya cenderung tidak memiliki dorongan yang sama kuatnya dengan generasi pertama dalam membangun kekayaan.
Ada sebuah pola yang sering terjadi dalam keluarga konglomerat, yaitu:
· Generasi pertama menghadapi kesulitan dan berjuang keras untuk membangun kekayaan.
· Generasi kedua menikmati hasil kerja keras orang tua mereka dan mempertahankan bisnis keluarga.
Baca Juga:Ikuti Cara Pinjam Saldo Dana Tanpa KTP dan Fitur 'Minta' Mungkin Akan Berguna5 Rekomendasi Mobil Listrik Termurah di Indonesia Pada 2025 Pilihan Paling Compact
· Generasi ketiga sering kali gagal mengelola kekayaan tersebut dan akhirnya menghancurkan bisnis keluarga.
Menariknya, stigma ini tidak hanya berlaku dalam cara hidup, tetapi juga terhadap barang-barang pribadi. Contohnya, jam tangan Patek Philippe dan Vacheron Constantin dianggap sebagai simbol orang kaya lama, sedangkan Rolex Daytona lebih dikaitkan dengan orang kaya baru.
Padahal, pemilihan barang-barang ini lebih kepada preferensi pribadi, bukan indikator status sosial yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, orang kaya baru adalah mereka yang berhasil meningkatkan status sosial keluarganya. Mereka yang dulunya berasal dari keluarga sederhana kini dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orang tua dan anak-anak mereka. Sebaliknya, banyak orang kaya lama yang hanya menunggu warisan tanpa benar-benar memiliki kontribusi dalam bisnis keluarga.
Daripada takut dicap sebagai orang kaya baru dengan konotasi negatif, mengapa tidak melihatnya sebagai pencapaian? Jika seseorang berhasil mencapai status ekonomi yang lebih tinggi dalam hidupnya, itu berarti mereka telah berhasil menaikkan derajat keluarganya. Jika Anda tidak lahir dari keluarga kaya, pastikan anak-anak Anda lahir dari keluarga yang kaya—itulah cara membangun generasi yang lebih baik.