Yang membuat situasi semakin rumit adalah banyak pelaku pungli tidak melihat diri mereka sebagai penjahat. Bagi mereka, ini hanyalah kesempatan yang ada. Mereka melihat wisatawan sebagai orang luar yang memiliki lebih banyak uang, sehingga tidak merasa bersalah saat meminta lebih. Mentalitas ini semakin diperkuat jika lingkungan sekitar juga melakukan hal yang sama.
Fenomena opportunistic behavior ini semakin parah jika didukung oleh kondisi ekonomi yang sulit. Bagi mereka, pungli bukanlah kejahatan, melainkan sekadar cara untuk bertahan hidup. Selama masih ada celah untuk memanfaatkan situasi, mereka akan terus melakukannya.
5. Efek domino
Pernahkah Anda memperhatikan bahwa ketika satu orang mulai membuka jasa parkir ilegal, tidak lama kemudian akan ada orang lain yang ikut-ikutan? Fenomena ini dalam psikologi dikenal sebagai bandwagon effect, yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu hanya karena melihat orang lain melakukannya, tanpa mempertimbangkan apakah tindakan tersebut benar atau salah. Yang penting, orang lain juga melakukannya.
Baca Juga:3 Pola Pikir Keliru untuk Menutupi Kesalahan, Malah Akan Menghambat KemajuanIntip Spesifikasi Lenovo Legion Go S Sebagai PC Gaming Genggam Terhype Buat Para Gamers
Di tempat wisata, efek bandwagon ini sangat jelas terlihat. Misalnya, di suatu kawasan wisata religi, awalnya hanya satu atau dua orang yang meminta uang dengan alasan sumbangan sukarela. Namun, karena tidak ada tindakan tegas dari pihak berwenang, orang lain mulai melihat peluang yang sama.
Secara perlahan, praktik pungutan ini semakin meluas hingga akhirnya menjadi semacam kebiasaan di tempat tersebut. Bahkan, orang-orang yang awalnya hanya mengamati atau ragu-ragu pun akhirnya ikut-ikutan, terutama ketika mereka melihat bahwa orang lain bisa mendapatkan uang dengan cara yang mudah. Mereka berpikir bahwa jika tidak ikut serta, mereka justru akan rugi sendiri.
Dari segi ekonomi, fenomena ini mirip dengan pasar gelap yang tidak memiliki regulasi. Semakin banyak orang yang terlibat dalam sistem ini, semakin besar kemungkinan pungli menyebar ke berbagai aspek lainnya. Di beberapa tempat, praktik pungli bahkan sudah diatur secara tidak resmi, dengan pembagian wilayah tertentu serta adanya “jatah preman”. Jika ada yang melanggar aturan tersebut, mereka bisa menghadapi masalah.
Yang membuat kondisi ini semakin parah adalah wisatawan yang datang dari luar sering kali tidak mengetahui mana yang merupakan aturan resmi dan mana yang termasuk pungli. Akibatnya, mereka tetap membayar, yang justru memperkuat siklus ini.