12 Masalah Utama India Selain Lingkungan Kotor, Lebih Jorok dari Indonesia?

Masalah Utama India Selain Lingkungan Kotor
Masalah India Selain Lingkungan Kotor - Ilustrasi: Unsplash/Annie Spratt
0 Komentar

5. Edukasi Rendah

Sama seperti di Indonesia, sekolah di India sebenarnya gratis. Namun, bagi masyarakat dari kasta rendah, diskriminasi masih menjadi hambatan besar dalam mengakses pendidikan. Bahkan, para guru pun sering kali mendiskriminasi siswa yang berasal dari kasta rendah. Jika gurunya saja bersikap demikian, tidak heran jika teman-teman sekelas juga melakukan hal yang sama.

Hal ini membuat banyak anak dari kasta bawah enggan untuk bersekolah. Mereka merasa tidak ada gunanya bersekolah jika hanya akan menerima perlakuan buruk. Padahal, mereka adalah kelompok yang paling membutuhkan pendidikan agar dapat meningkatkan taraf hidup mereka di masa depan.

Bagaimana masyarakat bisa meningkat kualitas hidupnya jika pendidikan saja tidak dijalankan dengan baik?

Baca Juga:Waspada Penipuan Game Penghasil Uang, Kenali 5 Ciri-Cirinya yang MencurigakanNASA Jelaskan Asteroid 2024 YR4 Berisiko Hantam Bumi, Kekuatan Bisa Lebih dari Bom Atom Hiroshima

Sebagai contoh, pada Mei lalu, terjadi tragedi di Mumbai di mana sebuah papan reklame raksasa roboh dan menimpa sebuah pom bensin, menyebabkan banyak korban jiwa. Papan reklame ini bukan sekadar spanduk kecil di pinggir jalan, melainkan papan reklame berukuran sangat besar. Yang lebih mengejutkan, papan reklame tersebut ternyata tidak memiliki izin alias ilegal.

Namun, yang lebih ironis lagi adalah pom bensin yang tertimpa billboard tersebut juga ternyata beroperasi secara ilegal tanpa izin resmi. Bayangkan, ada pihak yang berani mendirikan papan reklame sebesar itu tanpa izin, dan pom bensin yang seharusnya berada di bawah pengawasan ketat juga ternyata tidak berizin.

Apakah hal semacam ini mungkin terjadi di Indonesia? Rasanya sangat kecil kemungkinannya ada pom bensin yang beroperasi tanpa izin. Hal ini menunjukkan bahwa di India, banyak masyarakat yang tidak taat aturan.

Mereka hanya takut pada aturan-aturan besar, seperti larangan membunuh, karena itu memiliki konsekuensi hukum yang berat. Namun, untuk aturan-aturan kecil, mereka cenderung mengabaikannya karena aparat penegak hukum yang tidak tegas dan tidak kompeten.

Mencuri dalam skala kecil masih dianggap wajar, tetapi mereka takut melakukan pencurian besar karena ada hukuman yang lebih serius. Begitu juga dengan perizinan usaha—meskipun aturan sudah jelas menyatakan bahwa mendirikan pom bensin harus memiliki izin, tetapi karena tidak ada penegakan hukum yang tegas, masyarakat tetap melanggarnya.

0 Komentar