8. Kebijakan FSI di Mumbai
Salah satu contoh kebijakan pemerintah yang berdampak besar terhadap tata kota di India adalah aturan Floor Space Index (FSI). FSI adalah aturan yang menentukan luas bangunan yang boleh dibangun berdasarkan luas tanah yang tersedia.
Di India, FSI dulunya ditetapkan pada angka 1, yang berarti jika seseorang memiliki tanah seluas 2.000 meter persegi, maka ia hanya diperbolehkan membangun gedung dengan luas total 2.000 meter persegi. Hal ini membuat pembangunan gedung bertingkat menjadi sulit karena batasannya terlalu rendah.
Mumbai, sebagai salah satu kota terpadat di India, mengalami kesulitan dalam mengembangkan bangunan vertikal karena aturan FSI yang rendah. Akibatnya, lahan menjadi langka dan harga properti pun melambung tinggi. Saat ini, FSI di Mumbai telah dinaikkan menjadi 3 hingga 5, tetapi angka tersebut masih tergolong kecil dibandingkan dengan negara lain.
Baca Juga:Waspada Penipuan Game Penghasil Uang, Kenali 5 Ciri-Cirinya yang MencurigakanNASA Jelaskan Asteroid 2024 YR4 Berisiko Hantam Bumi, Kekuatan Bisa Lebih dari Bom Atom Hiroshima
Sebagai perbandingan, Singapura menetapkan FSI sebesar 25, yang memungkinkan pembangunan gedung bertingkat tinggi. Pemerintah Singapura memahami bahwa dengan keterbatasan lahan yang dimiliki, mereka harus mengizinkan pembangunan vertikal untuk memaksimalkan ruang.
Pemerintah India tampaknya sengaja mempertahankan FSI yang rendah untuk mengendalikan pertumbuhan populasi di Mumbai. Namun, kebijakan ini justru membuat harga tanah semakin mahal dan memperburuk kondisi perumahan di kota tersebut.
9. Masalah Perkotaan dan Transportasi di Mumbai
Mumbai adalah kota pelabuhan yang menjadi pusat ekonomi dengan banyak lapangan pekerjaan. Karena itu, banyak orang bermigrasi ke Mumbai untuk mencari nafkah. Pemerintah sengaja menetapkan Floor Space Index (FSI) rendah dengan harapan dapat membatasi jumlah pendatang, tetapi kebijakan ini terbukti gagal. Alasannya sederhana: pekerjaan tersedia di Mumbai, bukan di desa. Akibatnya, orang tetap datang ke kota ini meskipun mereka tidak mampu membeli rumah.
Karena harga rumah yang sangat mahal, banyak pendatang terpaksa tinggal di Dharavi, kawasan permukiman kumuh terbesar di dunia yang terletak di Mumbai. Mereka membangun rumah secara sembarangan karena tidak mampu membeli hunian legal. Lahan yang terbatas dan kebijakan FSI yang rendah semakin memperparah keadaan.
Selain itu, lemahnya penegakan hukum membuat permukiman kumuh semakin berkembang. Awalnya hanya ada satu atau dua rumah, tetapi karena tidak ada tindakan tegas, lama-kelamaan jumlahnya bertambah hingga mencapai ribuan.