5 Penyebab Netizen Indonesia Susah Pintar, Ada Konten Edukasi Malah Dihujat

Konten Edukasi
Konten Edukasi Malah Dihujat Netizen Indonesia
0 Komentar

Ketika merasa tidak nyaman, orang cenderung merasa seperti sedang diserang. Lantas, apa yang dilakukan orang tersebut untuk mengatasinya? Tentu saja bukan dengan belajar, tetapi dengan menolak fakta itu mentah-mentah dan menyerang orang yang menyampaikannya.

Padahal, apa susahnya untuk menerima terlebih dahulu, mencerna, lalu memahami informasi tersebut? Setelah itu, barulah memberikan argumentasi. Dengan cara ini, kita bisa mendapatkan perspektif yang berbeda dalam memandang sesuatu. Selain itu, kita juga melatih critical thinking. Sebaliknya, jika kita menolak segala kritik, tentu sangat sulit untuk berkembang, bahkan bisa jadi kita tidak berkembang sama sekali.

Mulai sekarang, coba untuk tidak berkomentar secara impulsif. Jangan langsung mengetik tanpa berpikir terlebih dahulu. Beri waktu pada otak kita untuk mencerna informasi terlebih dahulu. Memang, ini tidak mudah, apalagi jika mengingat berbagai penyebab lainnya.

Baca Juga:Waspada Penipuan Game Penghasil Uang, Kenali 5 Ciri-Cirinya yang MencurigakanNASA Jelaskan Asteroid 2024 YR4 Berisiko Hantam Bumi, Kekuatan Bisa Lebih dari Bom Atom Hiroshima

4. Minim Literasi

Ada satu fakta yang cukup miris yang mungkin sudah kalian ketahui, yaitu tingkat literasi di Indonesia termasuk yang terendah di dunia. Indonesia menempati posisi kedua dari bawah dalam hal literasi. Ini merupakan masalah serius, karena ketika literasi rendah, orang akan lebih mudah salah paham. Mereka cenderung mudah terjebak hoaks, tidak bisa membedakan mana fakta dan mana opini, dan kurang mampu berpikir kritis.

Makanya, jika ada konten edukasi yang isinya bagus tetapi menggunakan bahasa yang kompleks atau luas, konten tersebut rawan dihujat. Padahal, justru karena jarang membaca, otak mereka tidak terbiasa mencerna informasi yang lebih dalam.

Mereka tidak terbiasa untuk mencerna materi dan menyimpulkannya terlebih dahulu. Akibatnya, mereka akan lebih mudah tersulut emosi karena merasa diserang, seperti yang sudah kita bahas di poin ketiga tentang ketidaksukaan terhadap kritik.

Dampaknya cukup panjang, karena jika sebuah masyarakat memiliki tingkat literasi yang rendah, mereka akan lebih mudah dimanipulasi dan digiring ke suatu opini tertentu yang menguntungkan pihak-pihak tertentu.

5. Melihat Siapa yang Menyampaikan, Bukan Apa yang Disampaikan

Menurut kami, salah satu hal yang sering ditemui di media sosial adalah penilaian terhadap siapa yang menyampaikan, bukan apa yang disampaikan. Banyak netizen yang hanya ingin mendengar sesuatu dari orang yang mereka anggap baik.

0 Komentar