Artinya, mereka sering menilai suatu pernyataan atau informasi berdasarkan siapa yang menyampaikannya, bukan berdasarkan substansi pernyataan atau informasi itu sendiri. Padahal, logika atau cara berpikir yang seharusnya digunakan adalah, apakah yang disampaikan itu masuk akal atau ada dasarnya.
Sederhananya, misalnya jika Anda tidak suka dengan seseorang, katakanlah si A, lalu si A mengatakan bahwa 2 + 2 = 4. Anda mungkin akan menyangkalnya dengan berbagai cara hanya karena Anda tidak suka dengan orangnya, padahal pernyataan si A itu benar.
Sebaliknya, jika Anda sangat menyukai seseorang, katakanlah si B, Anda mungkin akan menganggap bahwa segala informasi yang keluar dari dirinya selalu benar, hanya karena Anda sangat menyukainya. Padahal, si B juga adalah manusia yang bisa saja salah.
Baca Juga:Waspada Penipuan Game Penghasil Uang, Kenali 5 Ciri-Cirinya yang MencurigakanNASA Jelaskan Asteroid 2024 YR4 Berisiko Hantam Bumi, Kekuatan Bisa Lebih dari Bom Atom Hiroshima
Ini adalah salah satu hal yang menyebabkan konten edukasi sering dihujat. Seringkali, informasi atau pernyataan yang disampaikan oleh seseorang hanya dinilai berdasarkan siapa orang tersebut. Contohnya adalah Choki Pardede.
Kami tidak mengatakan bahwa semua informasi atau argumen yang datang dari dia itu salah, karena ada juga yang benar. Terlepas dari keyakinan pribadi seseorang, banyak ilmu yang bisa diambil dari apa yang dia sampaikan. Istilah sederhananya adalah, ambil yang baik dan buang yang buruk. Meskipun ini mudah untuk dikatakan, namun sangat sulit untuk diterapkan.
Netizen kita seringkali tidak setuju dengan hal-hal yang berbeda, dan ini menjadi masalah. Banyak orang yang ingin berbagi ilmu, tetapi malah mendapat hujatan. Semakin banyak orang yang ingin berkembang, namun budaya anti-kritik ini malah menghambatnya.
Kita sering mengeluh mengapa orang-orang di negara maju lebih pintar, tetapi kita lupa untuk melihat diri kita sendiri. Apakah kita sudah siap menerima edukasi, atau justru kita menjadi bagian dari masalah ini? Internet seharusnya bisa menjadi alat untuk kita berkembang, tetapi jika mentalitas netizen kita masih seperti ini, kita hanya akan berjalan di tempat.