Sebagai contoh, salah satu videonya yang memperoleh 11 juta penayangan sebenarnya merupakan video orang lain—sebuah video yang sebelumnya telah viral di media sosial. Konten-konten seperti ini biasanya memiliki unsur kontroversi atau keunikan yang menarik perhatian warganet.
Jika dibandingkan dengan YouTube Shorts, metode ini sering kali berisiko terkena demonetisasi karena dianggap sebagai konten reaction yang kurang signifikan. Di YouTube, agar konten reaction dapat lolos monetisasi, biasanya harus ada jeda, lebih banyak komentar verbal, dan pengeditan yang lebih kompleks.
Pada Facebook Pro, metode ini masih dapat digunakan, tetapi disarankan untuk lebih banyak berbicara dalam video. Kita tidak pernah tahu apakah aturan platform akan berubah di masa depan. Oleh karena itu, menambahkan reaksi verbal yang lebih banyak, seperti memberikan komentar, ekspresi, atau opini terhadap video yang direaksi, akan lebih aman dan bernilai lebih bagi audiens.
Baca Juga:Memilih Investasi Terbaik untuk Pemula yang Punya Uang Rp5 Juta3 Cara Login Akun DANA jika Nomor HP Lama Sudah Tidak Aktif
Sebagai contoh, dalam sebuah video berdurasi 16 detik, sekitar 7 detik terakhir hanya berisi ekspresi pemilik akun tanpa banyak berbicara. Meskipun cara ini berhasil menarik banyak penayangan karena video yang direaksinya sudah viral sejak awal, pengeditan yang lebih rapi serta penambahan komentar yang lebih signifikan akan meningkatkan kualitas konten dan mengurangi risiko pembatasan monetisasi di masa depan.
Strategi Reupload dan Konten Reaction di Facebook Pro
Di Facebook, metode seperti ini masih dapat digunakan. Seperti yang kita ketahui, banyak orang yang mengunggah ulang cuplikan sinetron, web series, atau berbagai konten lainnya, dan tetap lolos monetisasi dengan adanya iklan. Mereka masih bisa memperoleh penghasilan dari sana, menunjukkan bahwa Facebook belum menerapkan aturan yang terlalu ketat terkait hal ini.
Namun, jika ingin serius dalam membuat konten, sebaiknya tetap mengutamakan orisinalitas. Saat ini, saya sendiri sedang dalam proses membuat konten sederhana seperti ini, tetapi dengan lebih banyak berbicara. Selain itu, saya berencana menargetkan audiens luar negeri agar potensi pendapatannya lebih besar.
Meski begitu, ada satu risiko yang perlu diperhatikan, yaitu jika pemilik asli video tidak berkenan videonya digunakan sebagai bahan reaction. Dalam kasus seperti itu, kita harus siap menerima konsekuensinya.