1. Hanya Berani Ketika Berkelompok
Jika berbicara mengenai ormas, secara umum terdapat dua jenis ormas. Pertama, ormas yang berada di bawah naungan organisasi besar, dan kedua, ormas yang berdiri secara independen tanpa induk organisasi.
Sebagai contoh, dalam organisasi Muhammadiyah terdapat Pemuda Muhammadiyah sebagai bagian dari strukturnya. Begitu pula dengan Gerakan Indonesia Baru yang berada di bawah naungan Partai Gerindra.
Ormas-ormas semacam ini memiliki induk organisasi yang beroperasi secara terstruktur dengan hubungan hierarkis yang jelas. Biasanya, ormas jenis ini berperan dalam mendukung visi dan misi induk organisasinya, baik dalam bidang sosial, agama, maupun politik.
Baca Juga:Lengkap Link Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2025 di 38 Provinsi Seluruh IndonesiaDaftar 9 Nama dan Wajah Tersangka Kasus Korupsi Pertamina Patra Niaga Beserta Perannya
Di sisi lain, terdapat pula ormas yang berdiri secara independen tanpa afiliasi dengan organisasi mana pun. Ormas jenis ini bergerak atas dasar kebijakan dan arahan langsung dari ketua ormas masing-masing, baik dalam kebijakan internal, aksi di lapangan, maupun tujuan yang mereka tetapkan.
Berdasarkan informasi yang kami ketahui, ormas independen umumnya terbentuk dari kelompok masyarakat dengan tujuan awal untuk menjalankan kegiatan sosial. Hal ini berbeda dengan ormas yang bernaung di bawah organisasi besar, yang cenderung lebih terlibat dalam dinamika sosial dan politik.
Dari berbagai kasus yang beredar, permasalahan yang sering muncul biasanya berasal dari anggota ormas yang berdiri secara independen. Hal ini disebabkan karena mereka bergerak sesuai arahan pimpinan masing-masing atau, dengan kata lain, memiliki kebijakan sendiri.
Alasan mengapa mereka sering bertindak semaunya dapat dijelaskan melalui teori psikologi massa yang dikemukakan oleh seorang psikolog asal Prancis, Gustave Le Bon.
Menurut teori tersebut, individu dalam kelompok besar cenderung kehilangan identitas pribadi serta pemikiran rasionalnya. Sebagai gantinya, mereka mengikuti pola pikir kolektif yang lebih emosional, impulsif, dan mudah dipengaruhi oleh naluri primitif dibandingkan akal sehat.
Oleh karena itu, tindakan meresahkan atau perbuatan anarkis yang dilakukan oleh oknum ormas umumnya terjadi secara berkelompok. Ketika mereka merasa organisasi mereka besar dan memiliki banyak anggota, mereka cenderung bertindak semaunya karena merasa memiliki kekuatan dan kebenaran di pihak mereka.