Bahaya Ikut Tren 'KaburAjaDulu' Tanpa Dipikir Matang, Ini Solusi untuk Yang Ingin Kerja di Luar Negeri

Bahaya Tren KaburAjaDulu
Image Illustration: Unsplash
0 Komentar

SUKABUMI EKSPRES – Pada tanggal 12 Februari 2025, tagar #KaburAjaDulu ramai diperbincangkan di media sosial, terutama di Twitter. Banyak orang Indonesia mengungkapkan keinginan untuk pergi ke luar negeri. Jika dilihat lebih dalam, hal ini memang masuk akal.

Gaji yang lebih tinggi, fasilitas negara yang lebih baik, tingkat korupsi yang lebih rendah, dan berbagai faktor lainnya menjadi alasan utama mengapa banyak orang berpikir untuk meninggalkan Indonesia.

Dalam video ini, kita akan membahas mengapa “kabur dulu aja” bisa menjadi solusi bagi sebagian orang, tetapi juga mengapa hal ini tidak cocok untuk semua orang. Kami memahami bahwa hidup di Indonesia saat ini terasa sangat sulit.

Baca Juga:Waspada Aplikasi WPP Segera Scam Modus Skema Ponzi Cari Uang dengan Like VideoMuncul Lagi Aplikasi BWM yang Berkedok Baca Novel Dapat Uang Scam

Mencari pekerjaan seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami—tanpa koneksi atau perantara, mencari pekerjaan bisa terasa hampir mustahil.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2024, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,47 juta orang, sementara setiap tahunnya terdapat sekitar 1 juta lulusan sarjana yang memasuki dunia kerja.

Meskipun ada sebagian yang melanjutkan studi ke jenjang S2, sebagian besar dari mereka tetap bersaing untuk mendapatkan pekerjaan.

Karena banyaknya pencari kerja, para pemilik bisnis seringkali menawarkan lowongan dengan gaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Contohnya, di Jakarta, yang seharusnya memiliki UMR sekitar Rp5 juta, masih banyak pekerja formal yang menerima gaji di bawah Rp4 juta. Hal ini semakin memperkuat alasan mengapa tagar #KaburAjaDulu menjadi begitu viral belakangan ini.

Gaji kecil, pajak tinggi, serta fasilitas umum yang kurang memadai dibandingkan negara lain semakin memperburuk keadaan. Belum lagi kasus korupsi yang terus bermunculan, membuat kepercayaan masyarakat semakin menurun.

Bahkan, data statistik mengenai jumlah pengangguran di Indonesia pun kerap kali dipertanyakan keakuratannya. Namun, terlepas dari apakah data tersebut benar atau tidak, kenyataan yang terjadi tetaplah memprihatinkan.

Banyak orang telah berjuang keras menyelesaikan pendidikan tinggi dengan biaya yang tidak murah, tetapi setelah lulus, belum tentu mendapatkan pekerjaan yang layak.

Baca Juga:6 Negara dengan Puasa Ramadan Terpendek di Dunia, Ada yang Hanya 1 JamPahami Logika Investasi Bodong Skema Ponzi, Sudah Dikasih Tahu Masih Banyak Orang Terjebak

Kalaupun mendapatkan pekerjaan, gaji yang diterima sering kali tidak sesuai dengan standar hidup yang layak. Sebagai contoh, ada lulusan S1 yang hanya menerima Rp2,5 juta per bulan, tanpa kesempatan kenaikan jabatan dalam waktu dekat.

0 Komentar