Skema Mega Korupsi Pertamina Bukan Hanya Sekadar Oplosan Petamax dengan Pertalite

Mega Korupsi Pertamina
Skema Mega Korupsi Pertamina
0 Komentar

Sebagai contoh:

RON 92 (umumnya dikenal sebagai Pertamax) memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan RON 90 atau RON 88.

RON 90 (setara dengan Pertalite) memiliki angka oktan lebih rendah, yang berarti bahan bakar ini cenderung kurang stabil pada tekanan tinggi, sehingga lebih mudah menyebabkan knocking pada mesin.

Inilah mengapa mobil-mobil modern atau kendaraan dengan mesin berteknologi tinggi lebih direkomendasikan menggunakan RON 92 ke atas, sementara mobil-mobil lawas masih bisa menggunakan RON 90 atau lebih rendah.

Baca Juga:Admin Aplikasi SEI Sudah Tidak Aktif Indikasi Kabur, Member Makin Resah Uangnya Tak Akan KembaliReview Lengkap Huawei Mate X6 Sebagai Ponsel Lipat Tercanggih yang Akan Masuk Indonesia

Jika kendaraan dengan spesifikasi mesin tinggi, seperti BMW, Bentley, atau Mercedes-Benz, diisi dengan bahan bakar RON 90, maka performanya akan terganggu, bahkan bisa menyebabkan mesin terasa kasar dan berbunyi knocking.

Dampak pada Pengguna Kendaraan

Hal ini juga menjadi alasan mengapa banyak orang berpikir dua kali sebelum membeli mobil Eropa atau kendaraan premium. Bukan hanya karena harganya yang tinggi, tetapi juga karena biaya perawatan dan jenis bahan bakar yang dibutuhkan.

Sebaliknya, kendaraan operasional seperti taksi online atau mobil yang digunakan untuk bekerja cenderung memilih model LCGC (Low Cost Green Car) atau mobil sejuta umat seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, dan sejenisnya. Kendaraan ini masih bisa berkompromi dengan bahan bakar beroktan lebih rendah seperti Pertalite.

Perdebatan tentang RON 92

Trik blending yang dilakukan dalam kasus ini adalah dengan mencampur minyak impor RON 90—yang kualitasnya lebih rendah—dengan minyak berkualitas lebih tinggi. Tujuannya adalah agar hasil akhirnya mendekati RON 92. Namun, banyak pihak yang berpendapat bahwa hasil akhirnya bukanlah RON 92 murni.

Di sisi lain, Pertamina tetap bersikeras bahwa bahan bakar yang dihasilkan tetap memiliki angka oktan RON 92. Akibatnya, muncul perdebatan terkait keabsahan metode ini dan dampaknya terhadap kualitas bahan bakar yang beredar di pasaran.

Dari sudut pandang kami, terlepas dari bagaimana kondisinya, hal ini tetap merupakan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. Sebab, konsumen seharusnya menerima RON 92 murni—seperti yang dikenal sebagai Pertamax—bukan hasil campuran atau blending dengan zat aditif yang tidak diketahui dan dilarang oleh peraturan.

0 Komentar