Di Indonesia, hal ini sering terjadi. Perhatikan saja, berapa banyak orang yang awalnya biasa saja, tetapi ketika hidup mereka mulai berubah menjadi lebih baik, justru mendapatkan komentar negatif.
Misalnya, ada seseorang yang dulunya hidup sederhana, tetapi kini mampu membeli rumah mewah. Alih-alih dipuji atas kerja kerasnya, justru banyak yang mempertanyakan sumber kekayaannya. Muncul pertanyaan seperti, “Dari mana uangnya?” atau “Kok bisa dapat uang sebanyak itu?” dan berbagai komentar lainnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
1. Tidak Siap Melihat Kesuksesan Orang Lain
Bukan karena mereka benar-benar membenci kesuksesan tersebut, tetapi lebih karena mereka menjadi sadar akan posisi mereka sendiri. Mereka membandingkan hidup mereka dengan orang itu dan muncul perasaan tidak nyaman, seperti, “Mengapa dia bisa, sementara saya masih begini-begini saja?” Hal ini mendorong mereka untuk mencari alasan guna membenarkan mengapa orang lain bisa sukses sementara mereka tidak.
Baca Juga:Catat! Ini Jadwal Flash Sale KAI Diskon Tiket Jelang Lebaran 2025Kiat Lengkap Menangani Mobil Terendam Banjir hingga Mesin Rusak Tak Perlu Langsung Panik
2. Kesetaraan dalam Penderitaan
masih ada budaya dalam masyarakat kita yang disebut sebagai kesetaraan dalam penderitaan. Artinya, selama semua orang hidup dalam kesulitan yang sama, mereka masih merasa nyaman. Namun, ketika ada seseorang yang berhasil keluar dari lingkaran kesulitan tersebut, tiba-tiba muncul rasa tidak nyaman: “Mengapa dia bisa, sementara saya tidak?” Alih-alih melihat keberhasilan orang lain sebagai motivasi, mereka justru menganggapnya sebagai ancaman terhadap keseimbangan sosial yang selama ini mereka kenal.
3. Mentalitas Zero-sum Game
Banyak orang berpikir bahwa kesuksesan itu seperti kue dengan jumlah yang terbatas—jika seseorang mendapatkan bagian yang besar, maka bagian orang lain menjadi lebih kecil. Akibatnya, ketika ada seseorang dalam lingkungan yang sukses, orang-orang di sekitarnya tidak melihat itu sebagai hasil dari kerja kerasnya, melainkan sebagai sesuatu yang diambil dari mereka.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di lingkungan kecil seperti kampung atau kompleks perumahan, tetapi juga di dunia profesional. Yang lebih parah, Tall Poppy Syndrome ini dapat membuat seseorang takut untuk sukses.
Ada orang yang sebenarnya memiliki potensi besar, tetapi memilih untuk tetap biasa-biasa saja karena takut menjadi sasaran pembicaraan orang lain. Ada pula yang sudah mulai meraih kesuksesan, tetapi ketika mulai mendapat serangan dari lingkungannya, ia justru mundur dan sengaja menahan diri agar tidak terlalu menonjol.