Rusia Tuntut Jaminan Keamanan dalam Pembicaraan Damai dengan Ukraina

Rusia Tuntut Jaminan Keamanan dalam Pembicaraan Damai dengan Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin (SUMBER FOTO: X/SoftWarNews)
0 Komentar

SUKABUMI EKSPRES – Rusia menegaskan akan meminta jaminan keamanan yang “kuat” dalam perundingan penyelesaian konflik di Ukraina, seiring dengan berlanjutnya diskusi terkait usulan gencatan senjata selama 30 hari antara Moskow dan Kiev yang diajukan oleh Amerika Serikat.

“Kami akan menuntut agar jaminan keamanan yang kuat menjadi bagian dari perjanjian ini. Karena hanya melalui pembentukannya, perdamaian abadi di Ukraina dan, secara umum, memperkuat keamanan regional dapat dicapai,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko, dalam wawancara dengan harian Izvestia, Senin (17/3).

Grushko menekankan bahwa jaminan tersebut harus mencakup status netral Ukraina serta penolakan NATO untuk menerima Kiev sebagai anggota. Menurutnya, NATO semakin menunjukkan agresivitas melalui langkah-langkah militernya.

Baca Juga:Fabio Di Giannantonio Fokus Persiapan Fisik Jelang GP Amerika SerikatIndonesia Tolak Perubahan Demografi Palestina, Dukung Solusi Dua Negara

Selain itu, ia kembali menolak usulan pengerahan pasukan penjaga perdamaian di Ukraina, dengan menyebut bahwa konsep penjagaan perdamaian dan kehadiran NATO adalah “dua hal yang tidak bisa disandingkan.”

“Mereka banyak membanggakan bahwa ini adalah aliansi pertahanan, tetapi sejarah aliansi yang sebenarnya terdiri dari operasi militer, serangkaian agresi tanpa alasan apa pun, hanya untuk sekali lagi menegaskan hegemoni dalam urusan dunia dan regional,” tambahnya.

Grushko juga menuding Presiden Prancis Emmanuel Macron menggunakan isu pasukan penjaga perdamaian di Ukraina sebagai cara untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah dalam negerinya.

Selain itu, ia menyampaikan skeptisisme Moskow terhadap keterlibatan Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) dalam misi penjaga perdamaian, meskipun Rusia masih membuka kemungkinan kehadiran misi sipil di Ukraina.

“Ini dapat mencakup pengamat tak bersenjata, misi sipil yang akan memantau implementasi aspek-aspek individual dari perjanjian ini, atau mekanisme jaminan,” jelasnya.

Grushko juga tidak menutup kemungkinan dimulainya kembali dialog antara Rusia dan Uni Eropa, serupa dengan komunikasi yang saat ini masih berlangsung antara Moskow dan Washington. Namun, ia menegaskan bahwa peran Eropa dalam pembicaraan damai masih belum jelas.

Pekan lalu, delegasi AS dan Ukraina bertemu di Jeddah, Arab Saudi, untuk membahas prospek kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Dalam pernyataan bersama setelah pertemuan, Kiev menyatakan kesiapan untuk menerima gencatan senjata selama 30 hari sebagaimana diusulkan oleh Washington.

0 Komentar