Kelebihan dan Kekurangan Era Orde Baru Masa Kepemimpinan Presiden Soeharto

Soeharto Orde Baru
Presiden Soeharto, Ibu Negara bersama rombongan keluarga kerajaan Belanda. (Foto: Istimewa)
0 Komentar

3. Percepatan Pembangunan

Masih ingatkah Anda pada tahun 2019 ketika berita mengenai MRT Jakarta menjadi sangat viral? Banyak orang antusias mencoba MRT, bahkan hanya untuk merasakan pengalaman menaikinya.

Dengan MRT, masyarakat Jakarta dapat bepergian dari Lebak Bulus ke Bundaran HI hanya dalam waktu 27 menit—sebuah kemajuan yang sangat revolusioner. Kehadiran MRT membuat masyarakat dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya melalui sistem transportasi yang efisien.

Nah, jika MRT merupakan proyek revolusioner masa kini, pada masa Orde Baru juga terdapat pembangunan-pembangunan yang tergolong revolusioner untuk zamannya. Salah satu yang paling terkenal adalah pembangunan jalan tol pertama di Indonesia, yakni Jalan Tol Jagorawi, yang mulai dibangun pada tahun 1978.

Baca Juga:3 Teori Alam Semesta dan Kehidupan di Luar Planet BumiKolesterol Malah Naik Saat Puasa Ramadan? Kenali 3 Penyebab Utamanya

Sebenarnya, keinginan untuk membangun jalan tol sudah ada sejak tahun 1965, namun baru terealisasi pada era Orde Baru. Di Jakarta pun, banyak gedung pencakar langit yang dibangun pada masa itu, seperti Wisma Nusantara dan Hotel Mandarin Oriental. Bangunan-bangunan ini menjadi kebanggaan bagi Indonesia karena merupakan hasil kerja sama dengan Jepang dan dibangun menggunakan teknologi anti-gempa dari Jepang.

Presiden Soeharto sendiri hadir untuk meresmikan bangunan tersebut. Pembangunan dengan teknologi tinggi ini mencerminkan betapa seriusnya pemerintah Orde Baru dalam mendorong kemajuan infrastruktur dan pembangunan di Indonesia.

Kelebihan Era Orde Baru

Setelah membahas kelebihannya, kini kami akan mengulas beberapa kekurangan dari era Orde Baru.

1. Maraknya Praktik KKN

KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Tidak dapat dipungkiri bahwa praktik KKN merajalela pada masa Orde Baru. Istilah KKN ini pertama kali dicetuskan oleh Amien Rais sebagai bentuk kritik terhadap rezim Orde Baru dalam aksi demonstrasi tahun 1998. Pada masa itu, sangat sulit untuk menjalankan bisnis maupun berpolitik tanpa memiliki koneksi atau modal yang kuat, khususnya terhadap pihak-pihak dalam pemerintahan.

Dwifungsi ABRI dan kemenangan Golkar yang terus berulang dalam setiap Pemilu secara tidak langsung mencerminkan bahwa untuk bisa berpolitik, seseorang harus menjadi bagian dari ABRI dan Golkar.

Dalam dunia bisnis, banyak sektor yang dikuasai oleh konglomerat atau orang-orang dekat Presiden Soeharto, termasuk anak-anaknya. Salah satu tokoh kontroversial adalah Sudono Salim, pendiri Salim Group, yang merupakan orang kepercayaan Presiden Soeharto. Contoh lainnya adalah Probosutedjo, adik tiri Presiden Soeharto, yang sempat menguasai bisnis cengkeh bersama Tommy Soeharto.

0 Komentar