Penyebab Pabrik Mobil ESEMKA Tidak Bangkrut Meski Tidak Laku di Pasaran

Pabrik Mobil ESEMKA
Pabrik Mobil ESEMKA
0 Komentar

Mengapa ESEMKA belum bangkrut?

Kemungkinan besar, secara finansial ESEMKA masih sesuai dengan target internal mereka. Apa maksudnya? Begini, jika dilihat dari nilai investasi yang ditanamkan ke ESEMKA, yakni sekitar Rp600 miliar, tampaknya perusahaan ini memang tidak menargetkan penjualan dalam jumlah besar, apalagi hingga ribuan unit per bulan.

Nilai investasi sebesar Rp600 miliar terbilang kecil apabila dibandingkan dengan produsen mobil lainnya. Sebagai perbandingan, ketika Wuling pertama kali masuk ke pasar Indonesia, perusahaan tersebut menggelontorkan investasi sebesar Rp9,3 triliun. Perbedaan angka yang sangat signifikan.

Lebih lanjut, Wuling merupakan merek otomotif ternama dari Tiongkok, sehingga mereka hanya perlu memikirkan aspek penjualan di Indonesia, menggunakan model mobil yang sudah ada di negara asalnya. Artinya, dana Rp9,3 triliun tersebut difokuskan pada sektor penjualan, dan tidak termasuk biaya penelitian dan pengembangan (R&D), karena semua proses R&D dilakukan di Tiongkok.

Baca Juga:Sejarah Dwifungsi ABRI Sebagai Cikal Bakal RUU TNI yang Hancurkan Demokrasi3 Teori Alam Semesta dan Kehidupan di Luar Planet Bumi

Hal ini sangat berbeda dengan ESEMKA. Dari nilai investasi Rp600 miliar, dana tersebut sudah mencakup seluruh aspek operasional, mulai dari penjualan, kampanye pemasaran, hingga R&D. Jika dana tersebut harus dibagi untuk keperluan R&D, tentu nilai investasinya akan semakin kecil dan terbatas.

Dengan investasi sekecil itu, target pasar ESEMKA pun bisa dipastikan tidak besar. Target penjualannya kemungkinan disesuaikan dengan kapasitas dan keterbatasan modal yang dimiliki.

Selain itu, walaupun mobil ESEMKA dirakit di Solo, bukan berarti mobil ini sepenuhnya merupakan produk asli Indonesia. Faktanya, ESEMKA hanyalah mobil hasil rebadge, yaitu kendaraan dari pabrikan lain yang kemudian diganti merek dan dijual dengan nama ESEMKA.

Pada tahun pertama produksinya, ESEMKA berhasil memproduksi komponen secara lokal hingga lebih dari 60%. Jika lebih dari setengah komponen berhasil diproduksi di dalam negeri, maka ESEMKA bukanlah sekadar mobil rebadge, melainkan mobil berlisensi. Menariknya, inilah satu-satunya keistimewaan dari ESEMKA—menjadi produsen lokal satu-satunya yang mampu mencapai tingkat produksi lokal sebesar itu.

Bahkan Timor, yang pada masa lalu mendapat dukungan penuh dari Presiden Soeharto, tidak mampu memproduksi suku cadang secara lokal dalam jumlah sebesar itu. Fakta ini menunjukkan bahwa ESEMKA memiliki capaian tersendiri dalam industri otomotif nasional.

0 Komentar