Yang lebih menyulitkan lagi, Symbian tidak seragam—ada banyak versi dengan perbedaan yang cukup signifikan. Misalnya, ada Symbian S60 yang digunakan pada perangkat buatan Nokia, lalu Symbian UIQ yang digunakan di ponsel buatan Sony Ericsson, dan Symbian MOAP yang digunakan pada ponsel buatan Jepang.
Jadi, jika seorang developer ingin membuat aplikasi untuk Symbian, mereka harus membuat beberapa versi aplikasi hanya untuk satu ekosistem yang sama. Bisa dibayangkan betapa merepotkannya hal ini.
Di sisi lain, dari sisi pengguna, Symbian juga mulai terasa ketinggalan zaman. Saat dunia teknologi memasuki era smartphone, mayoritas perusahaan mulai beralih ke teknologi layar sentuh. Namun, Symbian masih bertahan dengan tampilan antarmuka yang sederhana dan terkesan kaku.
Baca Juga:Sejarah Dwifungsi ABRI Sebagai Cikal Bakal RUU TNI yang Hancurkan Demokrasi3 Teori Alam Semesta dan Kehidupan di Luar Planet Bumi
Memang, beberapa ponsel berbasis Symbian seperti Nokia 5800 XpressMusic sudah mengadopsi layar sentuh, tapi pengalaman pengguna yang ditawarkan masih belum sehalus iPhone atau Android.
Dari sinilah awal kehancuran Symbian mulai terlihat. Pada tahun 2007, Apple merilis iPhone pertama mereka dan langsung mengubah segalanya. iPhone menawarkan pengalaman baru yang tidak bisa diberikan oleh Symbian: layar sentuh penuh tanpa tombol fisik, navigasi yang mulus, dan yang paling penting—adanya App Store. Pengguna cukup klik “download” untuk memasang aplikasi, tanpa perlu proses yang ribet.
Tak lama setelah itu, Android muncul dengan konsep yang lebih fleksibel serta sistem open source, yang membuatnya lebih mudah diadopsi oleh berbagai merek ponsel—dari yang murah hingga premium. Di titik ini, Symbian mulai kehilangan daya tariknya, dan banyak orang mulai berpindah ke iPhone atau ponsel Android.
Sementara itu, Nokia, yang sangat bergantung pada Symbian, mulai kebingungan harus melakukan apa. Mereka sebenarnya punya peluang untuk menyelamatkan Symbian dan telah mencoba memodernkannya melalui peluncuran Nokia N8. Namun sayangnya, hasilnya tetap terasa kaku dan tidak sefleksibel Android atau iOS.
Yang menarik, Nokia justru membuat keputusan yang mungkin menjadi kesalahan terbesar mereka. Bukannya beralih ke Android seperti yang dilakukan Samsung dan berbagai brand lain, Nokia malah memilih untuk menggunakan Windows Phone sebagai sistem operasinya.