Penyebab Standar Perempuan Memilih Pasangan Makin Tinggi Tapi Tidak Realistis

Standar Memilih Pasangan
Standar Perempuan Memilih Pasangan
0 Komentar

Biasanya, perempuan yang memiliki standar tinggi terhadap laki-laki impiannya menggunakan alasan “realistis” untuk mendukung kriteria yang mereka tetapkan. Namun, kenyataannya, kriteria-kriteria yang mereka harapkan justru dianggap tidak realistis oleh banyak laki-laki. Sebab, ekspektasi yang ditujukan kepada laki-laki tersebut sering kali berada di luar kapasitas kebanyakan dari mereka.

Lalu, mengapa banyak perempuan zaman sekarang memiliki kriteria pasangan yang dirasa tidak realistis bagi banyak laki-laki di luar sana? Oleh karena itu, kali ini kami akan membahas mengapa standar pasangan perempuan zaman sekarang kerap dianggap tidak realistis.

Arti Realistis dalam Memilih Pasangan

Sebelum masuk ke pembahasan, kita perlu mendefinisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “realistis”. Secara sederhana, realistis berarti memiliki pandangan yang sesuai dengan kenyataan, bukan sekadar harapan, keinginan, atau fantasi belaka. Dalam konteks memilih pasangan, bersikap realistis artinya memahami kondisi diri sendiri, kondisi orang lain, serta batasan-batasan yang ada dalam kehidupan nyata, bukan hanya berpatokan pada standar ideal yang mungkin sulit diterapkan di dunia nyata.

Baca Juga:Sejarah Dwifungsi ABRI Sebagai Cikal Bakal RUU TNI yang Hancurkan Demokrasi3 Teori Alam Semesta dan Kehidupan di Luar Planet Bumi

Dari pengamatan kami, banyak orang sering keliru dalam memahami konsep “realistis”. Mereka menganggap bahwa bersikap realistis berarti menurunkan standar atau menerima siapa saja yang bersedia menjadi pasangan. Padahal, bersikap realistis justru berarti menyeimbangkan antara ekspektasi dengan kemungkinan yang bisa terjadi dalam sebuah hubungan.

Misalnya, jika seseorang mengharapkan pasangan yang sudah mapan secara finansial di usia 25 tahun, perlu diuji secara realistis: apakah rata-rata orang di usia tersebut sudah mencapai kemapanan? Jika mayoritas masih dalam tahap merintis karier, berarti ekspektasi tersebut kurang realistis, karena kenyataannya banyak orang belum sampai pada tahap itu.

Sebaliknya, jika seseorang mencari pasangan yang memiliki tujuan hidup yang jelas dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri, ini lebih masuk akal. Sebab, hal tersebut merupakan sesuatu yang bisa diusahakan oleh hampir semua orang, terlepas dari kondisi mereka saat ini.

Bersikap realistis juga berarti menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kita harus memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, memilih pasangan bukanlah tentang mencari seseorang yang 100% sesuai dengan keinginan kita, melainkan tentang menemukan seseorang yang memiliki nilai-nilai inti yang sejalan dengan kita, serta memiliki kekurangan yang masih dapat kita terima.

0 Komentar