Penyebab Standar Perempuan Memilih Pasangan Makin Tinggi Tapi Tidak Realistis

Standar Memilih Pasangan
Standar Perempuan Memilih Pasangan
0 Komentar

Selain itu, bersikap realistis dalam memilih pasangan juga berkaitan dengan kesadaran diri. Artinya, kita tidak bisa hanya menuntut pasangan memiliki kriteria tertentu tanpa mempertanyakan diri sendiri: apakah kita layak atau tidak untuk mendapatkan pasangan dengan kriteria tersebut. Misalnya, jika kita menginginkan pasangan yang sukses, cerdas, dan dewasa, maka kita perlu bertanya kepada diri sendiri, usaha dan pencapaian apa yang telah kita miliki untuk bisa mendapatkan pasangan seperti itu.

Pengaruh Media Sosial dalam Memilih Pasangan

Pada dasarnya, orang yang memiliki kriteria pasangan secara berlebihan sering kali dilandasi oleh rasa cinta diri (self-love) yang tinggi. Namun, ketika hal itu sudah melewati batas, maka akan tampak tidak realistis—bukan karena tidak mungkin tercapai, tetapi karena peluangnya kecil tanpa ada usaha nyata untuk mencapainya.

Coba bayangkan, jika ada seorang selebritas atau model kelas dunia yang menginginkan pasangan yang kaya raya, tampan, terkenal, dan sebagainya, kebanyakan orang akan menilai hal itu masih realistis.

Baca Juga:Sejarah Dwifungsi ABRI Sebagai Cikal Bakal RUU TNI yang Hancurkan Demokrasi3 Teori Alam Semesta dan Kehidupan di Luar Planet Bumi

Berbeda dengan seseorang yang tidak memiliki keterampilan atau pencapaian apa pun, hanya menghabiskan waktu dengan berselancar di media sosial, malas belajar, namun menginginkan pasangan yang berkelas dan serba bisa.

Sebenarnya, tidak ada yang salah jika ia benar-benar mendapatkan pasangan seperti itu, tetapi jika kita berbicara mengenai realitas, maka hal tersebut jelas jauh dari kata realistis. Sebab, dirinya sendiri belum mampu menyeimbangkan harapan yang ia tetapkan.

Intinya, bersikap realistis berarti mampu menemukan titik ideal antara harapan dan realitas yang kemungkinan besar akan terjadi. Lalu, mengapa ada perempuan yang memiliki kriteria pasangan yang terkesan tidak realistis atau terlalu banyak menuntut? Salah satu alasan yang paling memungkinkan adalah karena perempuan tersebut menjadikan sosok ayahnya sebagai standar bagi pasangannya.

Perempuan yang sejak kecil hidup dalam kenyamanan, selalu mendapatkan apa yang diinginkan, tidak perlu memikirkan biaya, dan selalu diberi uang jajan oleh ayahnya, cenderung berharap perlakuan serupa dari pasangannya kelak.

Namun, hal yang seringkali luput dari perhatian adalah pengorbanan sang ayah dalam memberikan kehidupan nyaman tersebut—seperti kerja keras, konsistensi, dan perjuangan membangun karier dari nol. Proses inilah yang juga harus dilalui oleh pasangannya, apalagi jika pasangan tersebut berasal dari keluarga biasa, bukan keluarga kaya raya.

0 Komentar