Selain itu, tuntutan zaman dan tekanan lingkungan juga menjadi penyebab utama mengapa sebagian perempuan merasa harus hidup dalam ekspektasi gaya hidup orang lain. Banyak perempuan masa kini hidup mengikuti standar yang sebenarnya bukan berasal dari diri mereka sendiri, melainkan karena tekanan dari lingkungan sekitar dan media sosial. Mereka merasa harus selalu tampil cantik, memiliki tubuh ideal, mengenakan barang-barang mewah, dan sebagainya.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan keinginan untuk tampil menarik atau memiliki gaya hidup tertentu. Justru hal itu bisa menjadi motivasi yang positif. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika gaya hidup yang kita jalani bersama pasangan ditentukan oleh standar orang lain, bukan oleh kepuasan dan kebutuhan diri kita sendiri.
Sebenarnya, kami tidak menyalahkan siapa pun yang memiliki kriteria tertentu dalam memilih pasangan, karena pada akhirnya itu adalah hak dan pilihan masing-masing individu. Lagipula, kriteria tersebut hanyalah bentuk dari ekspektasi, sementara kenyataannya belum tentu sesuai dengan harapan tersebut. Namun, intinya adalah dalam menilai dan memilih pasangan, kita tidak bisa hanya berpegang pada ekspektasi semata. Di sisi lain, kita juga harus mempertimbangkan realitas yang mungkin terjadi.
Baca Juga:Sejarah Dwifungsi ABRI Sebagai Cikal Bakal RUU TNI yang Hancurkan Demokrasi3 Teori Alam Semesta dan Kehidupan di Luar Planet Bumi
Selain itu, bagi laki-laki, memberikan sumber daya lebih kepada perempuan memang sudah menjadi semacam kewajiban di zaman sekarang, karena dalam banyak budaya, laki-laki memang dituntut untuk berperan seperti itu. Inilah realita saat ini: jika seorang laki-laki hanya hidup biasa-biasa saja, maka ia cenderung tidak akan terlalu dilirik oleh perempuan.
Masalah lain yang muncul adalah standarisasi pasangan yang terbentuk akibat pengaruh media sosial. Standar yang semula bersifat subjektif kini berubah menjadi standar umum yang seolah-olah harus dipenuhi, padahal tidak memiliki dasar rasional yang jelas. Standar-standar seperti inilah yang membuat kita menjadi tidak lagi rasional dalam memilih pasangan, karena kita terlalu terpaku pada ekspektasi yang dibentuk oleh media, bukan pada kenyataan dan kebutuhan pribadi.