SUKABUMI,SUKABUMI.JABAREKSPRES.COM – Aksi unjuk rasa di depan DPRD Kota Sukabumi sempat diwarnai insiden bentrokan antara jurnalis dan mahasiswa, Jumat (21/3). Banyak kalangan yang menyayangkan terjadinya insiden itu.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Sukabumi, Ikbal Zaelani Saptari, mengaku miris terjadinya insiden itu. Hampir 12 tahun menjadi wartawan, kata Ikbal, baru kali ini terjadi insiden itu.
“Seharusnya mahasiswa itu bergandengan dengan jurnalis. Ketika mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa, pers lah yang akan memberitakan aksi mereka,” ujar Ikbal, kemarin (23/3).
Baca Juga:Bupati Sukabumi TP PKK Berkomitmen Bersama Bangun SukabumiPemkab Sukabumi Gelar Operasi Pasar Bersubsidi
Kehadiran jurnalis di lapangan justru menguntungkan mahasiswa, karena aksi mereka bisa tersampaikan kepada pemangku kebijakan. “Ketika jurnalis hadir, seharusnya massa aksi senang karena aksi mereka ada yang memberitakan dan diharapkan bisa sampai kepada pemangku kebijakan di pusat. Dan perlu diingat, kami (jurnalis) dilindungi oleh undang-undang dalam praktik kegiatan jurnalistik kami,” tegasnya.
Ikbal berharap kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari. “Ke depan diharapkan peristiwa serupa tidak terjadi lagi. Kami dari PWI Kota Sukabumi akan senang hati jika memang diperlukan oleh pihak kampus, untuk menjadi mitra dalam memberikan wawasan jurnalistik,” pungkasnya.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Kerja Sama, dan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Andri Moewashi Idharoel Haq, hadir untuk menengahi permasalahan tersebut. Menurutnya, pihak kampus selalu berupaya mendampingi mahasiswa dalam setiap aksi agar tetap berjalan kondusif. Namun, ia menyayangkan kejadian yang sempat tidak terkendali itu.
“Kami terus memantau aksi ini. Awalnya aman. Tapi ketika terjadi insiden sore tadi, mahasiswa sendiri mengakui mereka malu karena sampai saya harus turun tangan. Bahkan Wakil Dekan juga datang untuk meredam situasi,” ujarnya.
Andri juga menyoroti ketidaktahuan mahasiswanya mengenai hak dan kewajiban media dalam peliputan yang akhirnya memicu insiden tersebut. “Sejujurnya, saya rasa mahasiswa tidak tahu media punya undang-undang yang melindungi kerja jurnalistik, terutama di ruang publik. Tidak boleh ada yang menghalangi mereka saat meliput,” kata Andri.
Sebagai langkah perbaikan, Andri berharap ada edukasi bagi mahasiswa terkait peran dan hak media dalam meliput aksi. “Saya juga berbicara dengan teman-teman jurnalis. Saya harap ada edukasi agar mahasiswa paham bahwa media memiliki hak imunitas dalam peliputan. Jadi, kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” tandasnya. (mg5)