Di sisi lain, negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam justru berlomba-lomba menawarkan lingkungan investasi yang lebih stabil dan kondusif. Akibatnya, para investor lebih memilih untuk memindahkan modal mereka ke negara-negara tersebut karena dianggap lebih menjanjikan dan memberikan peluang bisnis yang lebih menguntungkan.
3. Ketidakkonsistenan Pergerakan Bisnis
Bayangkan Anda adalah seorang investor sejati yang memiliki kelebihan dana dan sedang mencari cara terbaik untuk mengelolanya. Setelah mempertimbangkan berbagai opsi, Anda memutuskan untuk berinvestasi. Salah satu peluang yang menarik perhatian Anda adalah warung bakso di daerah tempat tinggal Anda. Kebetulan, terdapat dua warung bakso di sekitar Anda yang bisa menjadi pilihan investasi.
Warung bakso pertama memiliki aturan yang tidak jelas. Hari ini buka, tetapi besok bisa saja tutup. Harga yang diterapkan juga tidak konsisten—hari ini satu porsi dijual seharga Rp10.000, tetapi keesokan harinya naik menjadi Rp12.000 tanpa alasan yang jelas.
Baca Juga:Menyikapi Fenomena Ormas Ramai Minta THR Jelang LebaranBocoran Spesifikasi Poco F7 Ultra Usung Prosesor Snapdragon 8 Elite Terbaru, Ini Review Lengkapnya
Selain itu, warung ini dikelola secara tidak profesional. Pemiliknya lebih memilih mempekerjakan anggota keluarga, seperti anak dari sepupunya, yang tidak memiliki kompetensi yang memadai. Ia tidak bisa memasak, dan ketika ditugaskan sebagai kasir, sering kali terjadi kehilangan uang.
Sementara itu, warung bakso kedua, meskipun ukurannya lebih kecil dibandingkan warung pertama, dikelola dengan baik. Pemiliknya memiliki integritas, aturan operasionalnya jelas, jadwal buka warung dan daftar harga terpampang secara transparan, serta sistem pengelolaannya profesional.
Dari sudut pandang logis, tentu Anda akan lebih memilih berinvestasi di warung bakso kedua, bukan?
Hal yang sama terjadi dalam dunia investasi global. Banyak investor yang memilih untuk memindahkan modal mereka ke negara lain yang lebih stabil dan memiliki regulasi yang jelas. Contoh nyata dari fenomena ini adalah keputusan perusahaan besar seperti Apple, yang baru-baru ini memindahkan sebagian besar investasinya ke Vietnam.
Salah satu alasan utama di balik keputusan tersebut adalah untuk menghindari ketidakpastian hukum serta regulasi yang berpotensi menghambat operasional bisnis mereka di Indonesia.
Mungkin ada yang berpendapat, “Bukankah Apple juga berinvestasi di Indonesia? Bukankah ada berita tentang itu?”