Tidak Semua Orang Harus Ikut KaburAjaDulu, Kenali Sisi Gelap Kerja di Luar Negri

Sisi Gelap Kerja di Luar Negri
Ilustrasi: Unsplash
0 Komentar

SUKABUMI EKSPRES – Gaji besar, pengalaman baru, dan hidup yang lebih nyaman mungkin menjadi alasan utama bagi banyak orang yang ingin bekerja di luar negeri. Pemikiran ini memang ada benarnya, tetapi kenyataannya tidak selalu seindah itu.

Jika segalanya semudah dan semanis yang dibayangkan, tentu lebih banyak orang sudah memilih untuk bekerja di luar negeri, bukan? Faktanya, ada sisi gelap dari kehidupan di luar negeri yang sering kali tidak terlihat dari luar dan jarang diungkapkan oleh para influencer.

Bagi Anda yang berpikir untuk “kabur” ke luar negeri tanpa pertimbangan matang, ada baiknya membaca tulisan ini hingga selesai. Perbedaan budaya, makanan, cara berbicara, aturan hidup, keyakinan, dan banyak hal lainnya dapat menyebabkan culture shock. Hal ini bisa membuat seseorang merasa bingung dan terasing.

Baca Juga:Kupas Tuntas Rahasia Algoritma YouTube Agar Video Cepat TrendingAplikasi TOS Berkedok Toko Online Diduga Beskema Ponzi Investasi Bodong

Terdapat 10 aspek utama dalam culture shock, yaitu: bahasa, lingkungan, pakaian, aturan, musim, makanan, teman kerja, hubungan pria-wanita, kebiasaan, dan masyarakat. Dari sepuluh aspek tersebut, setidaknya enam di antaranya hampir pasti akan dialami oleh pekerja asal Indonesia. Tidak jarang, pengalaman ini memicu perasaan kesepian dan homesick.

Seorang teman saya pernah berkata, “Sebesar apa pun gaji di luar negeri, kita tidak akan pernah benar-benar diterima di sana sebagai bagian dari mereka.” Pada akhirnya, setiap orang Indonesia yang merantau ke luar negeri akan menghadapi kenyataan bahwa suatu saat mereka harus pulang. Inilah masalah yang kerap dialami para pekerja migran di luar negeri.

1. Kesepian

Faktanya, bahkan di negara sendiri, terutama di kota-kota besar, banyak pekerja yang merasa kesepian. Selain culture shock, lingkungan sosial yang individualis juga menjadi faktor utama. Misalnya, di Jakarta, banyak orang berjalan dengan cepat, makan sendiri, dan lebih fokus pada kesibukan masing-masing.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Harvard Business Review (HBR) terhadap 1.000 pekerja profesional di berbagai perusahaan menunjukkan bahwa 25% dari mereka mengalami kesepian yang sangat parah, sementara 38% lainnya merasa cukup kesepian.

Artinya, 63% atau mayoritas pekerja sudah merasakan kesepian dalam pekerjaan mereka, meskipun mereka tidak merantau ke luar negeri. Jika bekerja di dalam negeri saja sudah terasa sepi, apalagi jika berada di luar negeri dengan lingkungan dan budaya yang benar-benar berbeda.

0 Komentar