Ortega mulai terjun ke industri tekstil sejak usia 14 tahun, saat bekerja sebagai asisten di sebuah toko pakaian bernama Gala. Di sanalah ia belajar tentang kain, proses produksi pakaian, dan rantai pasokan dalam industri fashion.
Setelah bertahun-tahun bekerja di berbagai bisnis pakaian, Ortega melihat peluang untuk menciptakan produk fashion berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau. Sebelum mendirikan Zara, Amancio Ortega terlebih dahulu mendirikan sebuah perusahaan bernama Confecciones Goa pada tahun 1963 di A Coruña, Spanyol. Nama perusahaan ini diambil dari inisial namanya sendiri: Gaona Ortega Amancio.
Confecciones Goa awalnya berfokus pada produksi jubah mandi dan pakaian rumah, yang kemudian dijual ke berbagai pengecer lokal di Spanyol. Ortega menjalankan bisnis ini bersama beberapa mitranya, termasuk istrinya saat itu, Rosalía Mera.
Baca Juga:4 Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Guru di Indonesia dan Solusinya37 Kode Promo tiket.com Maret 2025 Spesial Lebaran Penuh Diskon Gede-Gedean
Perusahaan ini berkembang pesat berkat strategi produksi yang efisien dan model bisnis yang inovatif, yang memungkinkan mereka menawarkan produk dengan harga lebih rendah dibandingkan para pesaingnya.
Kesuksesan Confecciones Goa menjadi fondasi bagi Ortega untuk memperluas bisnisnya ke sektor ritel. Pada tahun 1975, ia pun membuka toko Zara pertama di A Coruña.
Lahirnya Zara
Awalnya, Ortega ingin menamai tokonya Zorba, terinspirasi dari film Yunani terkenal Zorba the Greek. Namun, tak lama setelah papan nama dipasang, ia menyadari bahwa terdapat sebuah bar bernama Zorba yang berlokasi tak jauh dari tokonya. Untuk menghindari kebingungan, Ortega kemudian mengganti nama tokonya menjadi Zara, dengan sedikit modifikasi huruf dari papan toko yang sudah dibuat sebelumnya.
Pada tahun-tahun awal, Zara masih beroperasi seperti toko pakaian biasa. Namun, Ortega melihat adanya celah besar dalam industri fashion: brand-brand mewah memang menawarkan desain eksklusif, tetapi harganya mahal dan proses produksinya lambat. Di sisi lain, brand murah tidak mampu mengikuti tren fashion dengan cepat. Dari sinilah lahir strategi fast fashion.
Jika umumnya perusahaan fashion membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk merancang dan memproduksi pakaian, Zara mampu menghadirkan produk dari desain hingga tiba di rak toko hanya dalam waktu dua minggu.