Tragedi Rana Plaza di tahun 2013
Salah satu tragedi terbesar dalam sejarah industri fast fashion adalah runtuhnya gedung Rana Plaza di Bangladesh pada 24 April 2013. Rana Plaza merupakan sebuah gedung yang menampung beberapa pabrik garmen yang memasok pakaian ke berbagai merek besar, termasuk pemasok yang terkait dengan Inditex.
Dalam insiden tersebut, lebih dari 1.100 pekerja tewas dan lebih dari 2.500 lainnya mengalami luka-luka. Runtuhnya bangunan ini disebabkan oleh struktur yang lemah dan pembangunan yang dilakukan secara ilegal.
Meskipun sehari sebelumnya telah terlihat retakan besar di dinding, para pemilik tetap memaksa para pekerja untuk masuk dan melanjutkan produksi. Tragedi ini memicu tekanan besar terhadap Zara dan merek-merek fast fashion lainnya untuk memperbaiki standar keselamatan kerja di seluruh rantai pasokan mereka.
Baca Juga:4 Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Guru di Indonesia dan Solusinya37 Kode Promo tiket.com Maret 2025 Spesial Lebaran Penuh Diskon Gede-Gedean
Zara juga kerap dikritik karena dugaan plagiarisme atau penjiplakan karya desainer independen dan seniman kecil. Banyak ilustrator mengklaim bahwa desain mereka dijiplak oleh Zara tanpa izin maupun kompensasi. Beberapa kasus bahkan menjadi viral karena menunjukkan perbandingan langsung antara karya asli dan produk Zara yang sangat mirip. Namun, desainer kecil sering kali kesulitan membawa kasus ini ke ranah hukum karena keterbatasan biaya dan kekuatan hukum yang berpihak pada perusahaan besar.
Dari sisi lingkungan, dampak produksi Zara juga sangat besar. Zara memproduksi lebih dari 450 juta pakaian per tahun, dan banyak di antaranya hanya dipakai dalam waktu singkat sebelum dibuang. Hal ini menjadikan Zara sebagai salah satu penyumbang limbah tekstil terbesar di dunia. Selain itu, sebagian besar produknya dibuat dari bahan sintetis seperti poliester, yang berasal dari minyak bumi dan membutuhkan ratusan tahun untuk terurai secara alami.
Tak hanya itu, Zara juga pernah tersandung kontroversi sosial dan isu rasisme. Beberapa iklan mereka dinilai mengandung unsur yang tidak sensitif secara budaya, bahkan menyinggung kelompok tertentu. Salah satu kontroversi terbesar adalah ketika Zara merilis baju bergaris dengan bintang kuning, yang dianggap menyerupai seragam kamp konsentrasi Nazi.
Di balik popularitas dan kesuksesan Zara sebagai salah satu merek fashion terbesar di dunia, terdapat banyak aspek negatif yang patut diperhatikan: mulai dari eksploitasi buruh, dugaan plagiarisme, dampak lingkungan, hingga tuduhan diskriminasi. Meskipun Zara telah mengambil beberapa langkah untuk meningkatkan transparansi dan memperbaiki kondisi kerja dalam rantai pasokannya, banyak pihak berpendapat bahwa perubahan tersebut belum cukup signifikan.